Kualitas Udara di Jakarta Dinyatakan Buruk, Menteri LHK: Pakai Metode Apa Ukurnya?
Kualitas udara di Jakarta jadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir menjelang perhelatan Asian Games.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mempertanyakan metode pengukuran udara yang menyebut kualitas udara di DKI Jakarta buruk.
"Saya sudah berkali-kali minta eselon 1 dan 2 untuk manggil Green Peace atau panggil orang-orang yang bilang udara itu jelek dan lain-lain, itu kan ada cara mengukur ada, P-10 atau P-25, P itu artinya partikel," ujar Siti di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (27/7/2018).
Baca: Inasgoc Minta Pemprov DKI Perbaiki Kualitas Udara Jelang Asian Games
Menurut Siti, kualitas udara di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta selama 2017, tidak sampai 20 hari dalam kategori kualitas jelek dan sisanya masih baik.
"Kalau sekarang dibilang di Jakarta buruk dan waspada, menurut saya itu agak aneh karena musti lihat, dia pakai metode apa mengukurnya," ucap Siti.
"Kalau mengukurnya pakai metode tenteng sambil duduk di atas motor, sedangkan motornya ada knalpotnya, ya terang saja," sambung Siti.
Kualitas udara di Jakarta jadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir menjelang perhelatan Asian Games.
Salah satu situs pengukur kualitas udara yang ternama, Air Visual, beberapa kali menempatkan Jakarta sebagai kota terpolusi di dunia dalam beberapa pekan terakhir.
Hari ini, Kamis (26/7), Air Visual mencatat udara Jakarta masuk kategori tidak sehat.
Jakarta juga menempati posisi pertama kota terpolusi mengalahkan Santiago (Chili), Dubai (Uni Emirat Arab), Denpasar (Indonesia), dan Chengdu (China).