Peserta CIDY 2018 Ditantang Merancang Visi Indonesia 2045
Dino mengungkapkan ada tiga poin penting dalam permasalahan Indonesia 2045. Pertama, Sumber Daya Alam, kedua, budaya, dan ketiga, Identitas
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
![Peserta CIDY 2018 Ditantang Merancang Visi Indonesia 2045](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/dino-patti-djalal_20180804_174353.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Conference Indonesia Diaspora Youth 2018 (CIDY 2018) yang bertajuk 'Merancang Visi 2045' akan diselenggarakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, pada 13 hingga 15 Agustus mendatang.
CIDY 2018 merupakan konferensi yang diselenggarakan untuk menyediakan ruang rembuk bagi para pemuda (usia 17-35 tahun) yang terdiri dari pemuda cemerlang dari 34 provinsi.
"Kita hanya membantu menberikan gagasan murni dari akar rumput apa visi indonesia ke depan. Apa pressure besar bagi bangsa Indonesia, menarik kan kalau itu kita pikirkan," ujar Ketua Indonesian Diaspora Network Global (IDN Global), Dino Patti Djalal di Bakoel Koffee, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/8/2018).
Dino mengungkapkan ada tiga poin penting dalam permasalahan Indonesia 2045. Pertama, Sumber Daya Alam, kedua, budaya, dan ketiga, Identitas.
"Unesco bilang budaya akan punah, budaya yang termarjinalkan pun akan terancam oleh globalisasi," kata Dino.
Peserta CIDY 2018 berasal dari berbagai organisasi kepemudaan maupun LSM, utusan pemuda dari lembaga nasional dan daerah, mahasiswa berprestasi, dosen muda, profesional muda, perorangan berprestasi, serta komunitas diaspora Indonesia di luar negeri.
Dino mengatakan dalam konferensi itu nantinya terdapat 15 sesi dan disetiap sesinya para peserta akan diminta untuk memberikan visinya.
"Setelah itu akan disaring input dan akan dirumuskan oleh draft tim komite menjadi visi 2045 yang akan diumumkan pada tanggal 15 Agustus," ujar Dino.
Harapannya dari konferensi tersebut, peserta diaspora dapat merumuskan visi yang bermanfaat demi kemajuan bangsa Indonesia ke depan.
"Harapanya kita mendapatkan masukan yang berbobot, dan diskusi yang berbobot, dan kita ingin peserta itu thinking out of the box, kita ingin melihat pemikiran yang autentik, segar tapi juga yang visioner. Karena vision thinking itu susah sekali, jadi kalo dipaksa mikir tiga dekade ke depan bukan hal mudah," ungkapnya.