Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ratusan Penyair Memotret Batin Indonesia dalam 34 Buku Puisi Esai

Lebih dari 200 penyair, penulis, aktivis juga dapat memotret batin isu sosial

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in Ratusan Penyair Memotret Batin Indonesia dalam 34 Buku Puisi Esai
TRIBUN/DANY PERMANA
Pengunjung membaca buku karya Denny JA berjudul "Roti Untuk Hati" dalam acara pameran Indonesia Internasional Book Fair 2015 di JCC, Jakarta, Kamis (3/9/2015). Buku setebal 300 halaman ini berisi kumpulan puisi esai hasil perenungan Denny JA mengenai berbagai permasalahan sosial, maupun kebangsaan. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

TRIBUNNEWS. COM - Tak hanya wartawan dan ilmuwan sosial yang dapat memotret kearifan lokal Indonesia melalui reportase atau makalah ilmiah.

Baca: Sudjiwo Tedjo Bela Jokowi, Wasekjen Demokrat: Rakyat Sendiri kok Diperangi

Lebih dari 200 penyair, penulis, aktivis juga dapat memotret batin isu sosial di 34 Provinsi dalam 34 buku melalui puisi esai.

Kini 34 buku puisi esai itu, satu buku mewakili satu provinsi, bisa diakses, dibaca bahkan diunduh oleh siapapun di Facebook bernama Perpustakaan Puisi Esai.

Penggagas gerakan nasional puisi esai, Denny JA, menyebarkan meme di media sosial dengan tagline: Dan Penyair Pun Membuat Sejarah.

"Ini bukan sekedar membuat buku puisi, tapi menjadi gerakan budaya dilihat dari banya sisi," Ujar Denny dalam keterangan tertulisnya, Minggu (5/8).

Dari sisi isi puisi, masyarakat akan memahami aneka isu sosial dan kearifan lokal di setiap provinsi.

Di Aceh sebagai misal, tergambar suasana batin dinamika individu yang pro NKRI dan pro Aceh Merdeka. Di Papua, ada kisah seorang Ayah yang membawa anaknya berobat pada klinik kesehatan terdekat, tapi harus berjalan kaki berhari- hari.

Berita Rekomendasi

Ada kisah di Jogjakarta mengenai konflik keluarga akibat kemungkinan pewaris tahta kerajaan seorang wanita. Ada kisah di Jawa Tengah tentang penduduk yang cemas karena tersingkir industri.

"Semua kisah adalah kisah nyata, dengan catatan kaki yang merujuk sumber informasi. Namun aneka kisah itu difiksikan agar lebih menyentuh. Dengan membaca 34 buku ini kita menyadari betapa kayanya kearifan lokal bumi nusantara," lanjutnya.

Menurutnya, jika dulu kita mengenal budaya Indonesia dari aneka buku ilmiah, kita kita bisa masuk ke batinnya melalui puisi esai.

Dari sisi puisi, semua menuliskan dalam bentuk puisi esai. Sebanyak lebih dari 170 puisi esai dalam 34 buku adalah puisi panjang yang berbabak.

Uniknya, ada catatan kaki yang melampirkan fakta dan data menunjang kisah yang difiksikan.


"Kita tak hanya mendapatkan drama tapi juga informasi tentang sejarah atau isu sosial."

Puisi esai diklaim sebagai genre baru puisi. Ia tak hanya berhenti sebagai klaim namun diwujudkan dalam ratusan puisi dan puluhan buku.

Dari sisi program, ini gerakan nasional yang murni berasal dari gerakan masyarakat. Tak ada sepersen danapun berasal dari pemerintah atau lembaga asing atau pabrik rokok. Gerakan ini sepenuhnya dibiayai oleh kalangan komunitas puisi esai sendiri.

Gerakan ini juga menunjukkan bahwa kita bisa mandiri mengerjakan program nasional tanpa harus membebani APBN atau APBD.

Denny menambahkan ia dibantu oleh sepuluh editor nasional, tiga koordinator wilayah, dan team administrasi yang militan dan cinta berkarya. Kerja ini memakan waktu kurang lebih satu tahun.

"Di era media sosial, saya mencari cara paling mudah agar seluasnya publik bisa mengakses, membaca bahkan mengunduh 34 buku puisi esai. Cara paling jitu dan ngetrend, 34 buku itu bisa diakses di Facebook Perpustakan Puisi Esai. Data menunjukkan sebanyak 100-150 juta populasi Indonesia punya akun facebook," ucapnya.

Dua hal yang akan ia dan komunitasnya upayakan ke depan, dalah pertama, team akan memilih 34 puisi esai yang mewakili 34 provinsi untuk dibuatkan film pendek kerjasama dengan TV nasional. Puisi esai akan mengawali betapa puisi dapat menjadi basis untuk divisualkan dalam film.

Kedua, karena begitu banyak ruang dalam puisi esai untuk diiisi oleh kisah moral, ia dan komunitasnya berikhtiar membawa puisi esai masuk ke sekolah. Saatnya karakter siswa ikut juga dibentuk melalui sastra.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas