Suhendra Siap Jadi “Kuda Hitam”
“Bila bangsa yang minta, saya siap mendampingi Pak Jokowi,” ungkap Suhendra kepada wartawan di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di hari-hari terakhir pendaftaran calon presiden, 4-10 Agustus 2018, Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara Suhendra Hadi Kuntono mengaku siap menjadi “kuda hitam” sebagai calon wakil presiden (cawapres) bagi petahana Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
“Bila bangsa yang minta, saya siap mendampingi Pak Jokowi,” ungkap Suhendra kepada wartawan di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Dengan bermodalkan dukungan suara anggota Pujakessuma Nusantara yang mencapai 23 juta orang, ditambah statusnya sebagai sesepuh Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) yang beranggotakan perangkat desa dari 73 ribu desa di seluruh Indonesia, Suhendra mengaku yakin bisa mengerek elektabilitas Jokowi yang kini berada di kisaran 50%.
“Kalau suara dari parpol koalisi ‘kan sudah jelas, ini akan kita tambah suara dari non-parpol yang notabene grass roots (akar rumput),” cetusnya.
Ditanya mengapa baru muncul sekarang sehingga bak “kuda hitam”, Suhendra mengaku sebagai orang Jawa yang menjunjung tinggi tata krama dan fatsoen politik, dirinya tak mau vulgar atau menonjolkan diri.
"Saya melihat potensi politik menggunting di lipatan di 2024, di mana calon lain akan maju sebagai capres dan menjadi kuda Troya,” tukas pria kelahiran Medan 50 tahun lalu ini.
“Saya tak akan menjadi kuda Troya yang kelak bisa menghancurkan Pak Jokowi dari dalam demi keuntungan pribadi pada Pilpres 2024," tegasnya.
Cawapres dari kalangan non-politisi, lanjut Suhendra, juga bisa meredam gejolak konflik di antara parpol-parpol koalisi pendukung Jokowi, yakni PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem dan Partai Hanura.
“Kalau mengambil salah satu dari tokoh parpol koalisi, parpol lainnya akan iri.
Ini bisa membuyarkan koalisi, dan kalau mereka membelot ke pihak lawan, kemudian Pak Jokowi hanya disokong PDIP, bisa-bisa beliau enggak jadi nyapres, karena suara PDIP hanya 18%, tidak ada 20% sebagai syarat minimal. Itu hanya akan menghabiskan energi bangsa," paparnya.
Suhendra juga mengaku siap mengimplementasikan visi-misi Jokowi dalam Nawacita, terutama memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai poros maritim dunia, serta menggenjot pertumbuhan ekonomi yang sementara ini masih relatif stagnan.
“Bangsa ini harus berbenah dengan cepat. Carilah pemimpin yang mampu memproses bangsa ini menjadi lebih baik, bukan berproses atau belajar menjadi pemimpin setelah terpilih,” tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.