Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Drama Menjelang 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan RI Nyaris Gagal

Ternyata Republik Indonesia hampir gagal diproklamasikan pada waktunya. Apa penyebabnya?

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Drama Menjelang 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan RI Nyaris Gagal
dokumen
Bung Karno dan Bung Hatta saat membacakan teks proklamasi. 

Tiba-tiba pesawat menukik tajam dan mendarat darurat di sebuah landasan di tepi hutan di Semenanjung Malaya, menghindari sergapan pesawat Sekutu. Mereka singgah beberapa jam di hutan, dan terbang lagi ketika keadaan sudah aman.

Mereka tiba di Singapura pada senja hari. Malam harinya mereka dijamu Panglima Militer setempat, Jenderal Itagaki, dan esok harinya meneruskan pener­bangan kembali ke Jakarta.

Bung Karno merasa tidak berhak

Sampai di Jakarta mereka segera menuju Istana Gunseikan. Para pembesar Jepang memberi ucapan selamat dan menjamu mereka. Pertemuan Dalat telah mengubah secara dramatis hubungan Jepang-Indonesia.

Pada saat Rusia menya­takan perang dengan menyerbu Manchuria, sehingga Jepang harus menghadapi musuh baru, pada waktu yang hampir sama jatuh bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.

Juga adanya Deklarasi Potsdam yang mengatur perlucutan senjata dan penarikan pasukan Jepang dari luar negaranya, menjatuhkan hukuman bagi mereka yang bersalah, tapi memberi perlindungan keamanan bagi Tenno Heika dan kekuarganya.

Pukul 14.00 Hatta sampai di ru­mah. Rupanya Sutan Sjahrir sudah menunggu, menginformasikan bahwa Jepang minta damai pada Sekutu. Hatta terperanjat, tidak menyangka kekalahan Jepang terjadi lebih cepat dari perkiraan­nya.

Berita Rekomendasi

Tapi ada hal lain yang lebih penting disampaikan Sjahrir, yakni pernyataan kemerdekaan harus dilakukan segera – dan tidak oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

“Jika oleh PPKI, maka Indonesia Merdeka yang lahir seperti itu pasti akan dituduh se­bagai buatan Jepang,” kata Sjahrir. “Sebaiknya, Bung Karno, sebagai pemimpin rakyat dan atas nama rakyat harus menyatakan Indo­nesia telah merdeka lewat corong radio.”

Hatta mengerti. Tapi ia tidak yak­in Soekarno, meski sebagai Ketua PPKI, bersedia melakukannya, ka­rena akan dianggap dia melangkahi atau merampas hak PPKI.

Dugaan Hatta benar. Saat ia dan Sjahrir menemui Soekarno, jawabnya, “Aku tidak berhak bertindak sendirian. Hak tersebut merupakan hak Panitia Persiapan Kemerdekaan yang aku pimpin. Alangkah janggalnya di mata orang setelah kesempatan terbuka untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka, aku malah bertindak sendiri dan sengaja melangkahi pekerjaan Panitia Persiapan Ke­merdekaan. Aku tidak mau.”

Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas