Kekeringan Landa 4.053 Desa di 11 Provinsi
BNPB menyiapkan anggaran dana siap pakai sebesar Rp 50 miliar rupiah untuk mengatasi kekeringan di daerah
Editor: Eko Sutriyanto
Masyarakat yang berada di pengungsian jauh dari sumber air yang sebelum terjadi gempa dipenuhi kebutuhan airnya dari PDAM, air sumur, jaringan distribusi air bersih dan lainnya.
Baca: Bawa 10 Ton BBM, Kapal Kayu Meledak dan Terbakar di Perairan Baubau
Saat ini di pengungsian mengandalkan pada bantuan distribusi air dari mobil tangki air, bak penampungan air dan sumur bor yang dibangun pemerintah, dan lainnya.
Wilayah NTB, sesungguhnya sudah mengalami kekeringan dan krisis air sebelum terjadi bencana gempabumi.
Dengan adanya bencana gempa, maka dampak kekeringan bagi penduduk menjadi lebih meningkat.
Begitu juga di Provinsi NTT, kekeringan berdampak pada sekitar 866 ribu penduduk yang tersebar di 22 kabupaten/kota, 254 kecamatan dan 896 desa.
Sedangkan di Yogyakarta, kekeringan terdapat di 3 kabupaten/kota, 21 kecamatan, dan 25 desa yang menyebabkan sekitar 132 ribu penduduk terdampak.
Musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September 2018, dimana puncak kekeringan berlangsung selama Agustus-September.
BMKG telah memprediksi bahwa awal musim hujan 2018/2018 akan terjadi pada Oktober-November-Desember 2018. Pada setiap wilayah berbeda-berbeda memasuki musim hujan. Sementara itu, puncak musim hujan 2018/2019 terjadi pada Januari-Februari 2019.
Daerah-daerah yang mengalami kekeringan saat ini adalah daerah-daerah yang hampir setiap tahun terjadi kekeringan. Sesungguhnya wilayah Jawa dan Nusa Tenggara telah defisit air tahun 1995.
Artinya ketersediaan air yang ada, baik air permukaan dan airtanah, sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan penduduk.
Apalagi jumlah penduduk terus meningkat, sementara ketersediaan air relatif tetap. Studi neraca air yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 1995 yang menunjukkan bahwa, surplus air hanya terjadi pada musim hujan di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Sedangkan pada musim kemarau, daerah tersebut dilanda kekurangan air selama 7 bulan.
Hasil penelitian lain mengenai neraca air pada tahun 2003 juga menunjukkan hasil yang sama. Dari total kebutuhan air di Pulau Jawa dan Bali sebesar 83,4 miliar meter kubik pada musim kemarau, hanya dapat dipenuhi sekitar 25,3 miliar kubik atau hanya sekitar 66 persen.
Begitu juga studi yang dilakukan Bappenas pada tahun 2007 juga menunjukkan hasil bahwa ketersediaan air yang ada sudah tidak mencukupi seluruh kebutuhan pada musim kemarau di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Sekitar 77% kabupaten/kota telah memiliki satu hingga delapan bulan defisit air dalam setahun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.