Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BM PAN: Penguasa Sedang Menampilkan Orkestra Kepanikan

Respon penguasa seolah sedang meredam fluktuasi psikologi pasar akan tetapi tanpa sadar sedang menampilkan orkestra kepanikan

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in BM PAN: Penguasa Sedang Menampilkan Orkestra Kepanikan
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas saat memperlihatkan sejumlah uang dollar di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis (6/9/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat kembali pada perdagangan Kamis pekan ini setelah dari awal pekan terus tertekan, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar Rp 14,904,00. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Litbang DPP Barisan Muda (BM) PAN, Aria Ganna, mengomentari keperkasaan dollar US terhadap hampir semua mata uang negara-negara lain, terutama negara emerging market.

Menurutnya, fenomena ini sebagai sesuatu yang wajar atas pemulihan perekonomian Amerika yang sempat mengalami krisis subprime mortage pada tahun 2008.

"Respon penguasa seolah sedang meredam fluktuasi psikologi pasar akan tetapi tanpa sadar sedang menampilkan orkestra kepanikan," ujar Aria, melalui keterangan tertulis, Jumat (7/9/2018).

Ia menilai pemerintah beberapa kali jumpa pers berlindung di balik krisis Turki dan Argentina ataupun perang dagang Amerika-China, tapi seperti mengesampingkan fakta bahwa Indonesia termasuk negara yang terhitung mengalami depresiasi nilai tukar paling dalam se-ASEAN.

"Ada juga upaya pemerintah menaikkan pajak impor dan melarang ribuan barang impor tapi masih tetap saja mengobral izin impor bahan pangan. Tak kurang juga penguasa sibuk membuat infografik membangun narasi kekuatan fundamental ekonomi," kata dia.

BM PAN memandang bersliwerannya komentar elit pemerintah yang sibuk membuat alasan dan analisa justru seperti menampilkan orkestra kepanikan.

Aria melihat seharusnya momentum depresiasi rupiah yang cukup dalam ini menjadi stimulus pemerintah untuk intropeksi dalam mengelola makro ekonomi.

BERITA REKOMENDASI

Lebih lanjut, terdapat 4 poin krusial yang menjadi perhatian DPP BM PAN berkenaan melemahnya rupiah yang cukup signifikan ini.

Pertama, utang luar negeri yang besar disebabkan rezim suku bunga kredit tinggi. Pengusaha menjadi lebih memilih utang luar negeri karena bunganya lebih murah akan tetapi dampaknya permintaan dollar akan meningkat tajam bilamana jatuh tempo pembayaran utang.

Kedua, edukasi pemerintah untuk meningkatkan kecerdasan finansial belum cukup berhasil. Terbukti penyerapan obligasi pemerintah dan investor di pasar modal masih mengandalkan dana asing. Akibatnya, ketika terjadi dana keluar (capital outflow) reaksi pasar keuangan langsung galau.

Ketiga, pemerintah dalam mengembangkan industrialisasi di Indonesia, kata dia, jauh dari yang diharapkan. Maka dari itu Aria menilai praktis masyarakat Indonesia hanya menjadi pasar barang dan jasa negara lain.

"Kalau pun belum berhasil mengekspor setidaknya mampu merebut pangsa pasar dalam negeri. Ini yang menyebabkan neraca perdagangan kita negatif karena gadget, barang otomotif dan barang/jasa berkaitan dengan life style yang selama ini banyak dikonsumsi kelas menengah hampir semua produk impor," ujarnya.

Terakhir, dalam mengendalikan stabilitas harga pangan pemerintah menerapkan strategi yang instan yaitu impor bahan pangan.

Ia mengatakan impor bahan pangan ini untuk mengendalikan inflasi akan tetapi kalau kemudian terlalu bersemangat impor bahan pangan kami menjadi punya dugaan ada oknum yang menjadi pemburu rente.

"Kalau keempat poin yang menjadi perhatian Barisan Muda PAN ini justru dikesampingkan pemerintah maka kami agak susah optimis melihat masa depan rupiah meski ratusan infografik dan analisa dibuat untuk meningkatkan kepercayaan diri," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas