Hindari Polemik di Masyarakat, Ekonom Minta BI Saja yang Bicara Soal Pelemahan Rupiah
Ia menuturkan, di media sosial bertebaran isu-isu negatif kepada pemerintah dan makin memperburuk sentimen negatif kepada rupiah
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Indef Bhima Yudistira menyarankan, agar Bank Indonesia menjadi satu-satunya juru bicara terkait pelemahan rupiah. Upaya tersebut agar menghindari polemik di masyarakat makin meluas.
"Bank Indonesia saja, tidak perlu semua pejabat yang bicara. Enggak usah banyak bicara cukup BI saja, jangan gak paham ekonomi, baik orang dari pemerintahan maupun oposisi (bicara) nanti akan mempengaruhi (opini di ) media sosial," ujar Bhima dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9/2018).
Ia menuturkan, di media sosial bertebaran isu-isu negatif kepada pemerintah dan makin memperburuk sentimen negatif kepada rupiah, sehingga perlu pihak resmi berbicara terkait kondisi rupiah, tidak hanya asal bicara.
"Jangan menyalahkan sosial media. Pemerintah punya kelemahan dan oposisi juga punya kelemahan. Eks Gubernur BI mengeluarkan stantment waktu itu bulan Mei hati-hati rupiah bergejolak, lah kita saja pengamat mengeluarkan stantment lebih soft, akhirnya apa? impor cepat, orang nukar jadi cepat, jadi blunder," tutur Bhima.
Ia menyarankan pihak oposisi lebih baik memberikan solusi-solusi yang konstruktif kepada pemerintah dari pada menggoreng isu pelemahan rupiah di 2018 dengan krisis 1998 yang tidaklah relevan.
"Oposisi menari-menari di atas badai rupiah ini, kalau digoreng disusupi, disebut kesalahan murni Pak jokowi. Jadi calm down saja, beri solusi-solusi, perdebatan ke 98 dan 2018 itu sudah gak usah dibahas. Berikan solusi yang konstruktif," kata Bhima.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.