Imbauan GP Ansor Soal Temuan Ceramah Khatib di Masjid yang Bernuansa Politis
Wakil Ketua GP Ansor M Hairul Amri menyayangkan adanya kegiatan radikalisme yang masih aktif di masjid-masjid.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua GP Ansor M Hairul Amri menyayangkan adanya kegiatan radikalisme yang masih aktif di masjid-masjid.
Penemuan tersebut terjadi melalui ceramah-ceramah oleh para Khatib yang ditengarai bernuansa politis.
Ia menilai kelompok radikalisme seharusnya dibina melalui pelatihan agar tidak lagi melakukan kegiatan ceramah yang meresahkan masyarakat.
"Masjid adalah salah satu tempat yang sangat potensial digunakan untuk mensyiarkan apa yang menjadi agenda politiknya, karena ketika khatib berceramah itu tidak ada kesempatan orang untuk melakukan interupsi," ujar pria yang akrab disapa Gus Am ini di Jakarta, Sabtu (8/9/2018).
Padahal, kata dia, sesungguhnya khatib harus memiliki batasan atau koridor dan norma-norma.
Menurutnya, khatib yang paling utama adalah mengajak orang untuk bertaqwa, bertaubat kepada Allah.
Apabila menyimpang dari materi itu, seperti mengajak ke agenda-agenda politik maka sudah dapat dipastikan menyimpang dari substansi khatib.
"Semua cara dilakukan oleh mereka, sebab itu kami dari Nahdatul Ulama melalui gerakan pemuda Ansor sekarang berupaya betul di masjid-masjid diperumahan-perumahan melakukan pendampingan," kata dia.
"Kami sudah memohon kepada pemerintah agar betul-betul mengindentifikasi TKM-TKM masjidnya agar bisa dikontrol betul siapa sesungguhnya yang menjadi khatib di masjid tersebut," sambungnya.
Selain itu, GP Ansor menyarankan agar ada seleksi kepada khatib-khatib.
"Kita melakukan pelatihan-pelatihan dai, memberikan pelajaran tentang tupoksi khatib yang benar agar khatib melaksanakan tugasnya, mudah-mudahan dapat sedikit menutup ruang gerak mereka."
"Hingga pada akhirnya khatib-khatib itu akan diisi oleh kader-kader kita yang moderat walau tidak harus Ansor atau NU.
"Pokoknya siapapun Islam yang ada di Indonesia selagi dia moderat selagi dia tidak punya paham yang aneh-aneh kita serahkan untuk menjadi khatib-khatib di masing-masing masjid," tandas Gus Am.(*)