Ada Motif Politik di Balik Penyampaian Temuan 25 Juta Data Pemilih Ganda
"Saya melihat motif politik supaya nanti kalau kalah oh ini penyelenggaranya dari awal," ujar Masinton.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Masinton Pasaribu menilai informasi temuan 25 juta data pemilih ganda yang disampaikan koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bermotif politik.
Menurut dia, ada motif politik dalam penyampaian temuan data pemilih ganda karena apabila kubu Prabowo-Sandiaga mengalami kekalahan di pilpres 2019, maka dapat menuding data tersebut sebagai biang keladi kekalahan.
"Saya melihat motif politik supaya nanti kalau kalah oh ini penyelenggaranya dari awal. Iya antisipasi kalah sebenarnya ya tidak tau mungkin tau bakal kalah," ujar anggota Komisi III DPR RI itu dalam acara sesi diskusi di Kantor The Indonesian Institute (TII), Jakarta, Jumat (14/9/2018).
Baca: Viryan Aziz Klaim Data Pemilih Ganda Sudah di Bawah 1 Juta
Dia menyangsikan data pemilih ganda dari semula yang disebutkan berkisar 25 juta hingga turun menjadi 6,7 juta pemilih hanya dalam hitungan kurun waktu beberapa hari.
"Angka harus didasari penghitungan yang tepat, akurat, karena apapun kalau 25 juta DPT ganda terus dalam hitungan hari jadi 8 juta. Kami melihat pertama, akurasi info angka yang disampaikan tak kredibel.
Kedua, memiliki tendensi politik iya punya motif politik," kata dia.
Untuk itu, dia meminta, KPU RI supaya lebih transparan di dalam pemutakhiran data. Apabila terdapat temuan data pemilih ganda, kata dia, harus dilakukan penyisiran.
"Kami meminta KPU supaya transparan dan melibatkan seluruh peserta pemilu dalam melakukan pemutakhiran dan mengecek DPT yang katanya ganda. Kami memminta supaya KPU transparan," tambahnya.