Politikus Gerindra Rahayu Saraswati Pertanyakan Kelanjutan Bantuan untuk Korban Gempa Lombok
Keluhan korban rata-rata sama yaitu ketersediaan air bersih, MCK, jumlah bantuan bahan pokok seperti beras yang tidak mencukupi
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI Rahayu Saraswati menampung berbagai keluhan dan harapan saat mengunjungi korban gempa di Lombok Utara dan Lombok Timur.
Dirinya juga mempertanyakan kelanjutan dari saluran bantuan kepada korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Keluhan korban rata-rata sama yaitu ketersediaan air bersih, MCK, jumlah bantuan bahan pokok seperti beras yang tidak mencukupi di beberapa titik karena dipukul rata per dusun terlepas dari jumlah penduduk, serta kepastian kapan pembangunan rumah yang rusak," ujar Rahayu saat melakukan pengawasan bantuan para mitra Komisi VIII DPR RI, di Dusun Karang Bedil, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Lombok Utara, Jumat (21/9/2018).
Kepala Dusun Karang Bedil, Cipto, (40) didampingi sejumlah warga, mengadukan sejumlah hal kepada politisi Gerindra tersebut.
"Bantuan yang kami terima minim. Paling tandon dan tenda BNPB, itu pun hanya satu (tenda) dan sudah rubuh total karena angin puting beliung," ujar Cipto.
Warga juga mengeluhkan langkanya air bersih dilokasi mereka.
Awalnya, pemerintah rutin mengirimkan air bersih setiap hari yang ditempatkan di tempat penampungan air (tandon) pemberian Kementerian PUPR.
Namun kedatangan bantuan air bersih itu beberapa hari terakhir tidak konsisten.
"Seminggu awal rutin, belakangan, satu hari datang satu hari tidak. Tandonnya juga tidak ada penutupnya, jadi ngga ada yang berani buat minum," ujar Cipto.
Cipto berharap pemerintah mengirim teknisi pipa air untuk segera memperbaiki pipa yang rusak.
Lokasi Dusun Bedil dikeliling sawah dan sungai kecil.
Namun sungai tersebut tidak bisa dimanfaatkan karena menjadi tempat MCK.
Warga juga mengeluhkan managemen pembagian beras dari kecamatan yang mendasarkan pada jumlah dusun, bukan jumlah warga.
"Yang jumlah warganya sedikit dalam satu dusun lebih banyak dapatnya. Kalau kami, karena banyak, bisa cuma sekilo setiap satu keluarga," ujar Cipto.