Petani Waspada Paceklik karena Kemarau Panjang
Sentra pangan Indonesia yang tersebar di beberapa provinsi pun tak luput dari ancaman paceklik ini.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kekeringan akibat kemarau panjang di sebagian besar wilayah Indonesia mulai mengancam para petani, khususnya tanaman pangan seperti padi dan jagung.
Sentra pangan Indonesia yang tersebar di beberapa provinsi pun tak luput dari ancaman paceklik ini.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, meskipun kondisi musim kemarau masih terbilang normal, akan tetapi bencana kekeringan tetap melanda beberapa tempat di wilayah Indonesia.
“Khususnya di Jawa dan Nusa Tenggara. Kemarau menyebabkan pasokan air berkurang, debit sungai menurun, tinggi muka air di danau dan waduk menyusut. Sumur kering sehingga masyarakat mengalami kekurangan air,” kata Sutopo.
Sutopo menyebut kekeringan telah melanda 11 provinsi yang terdapat di 111 kabupaten/kota, 888 kecamatan, dan 4.053 desa yang notabene diantaranya adalah daerah-daerah sentra beras dan jagung, seperti Jatim, Jateng, Jabar, Sulsel, NTB, Banten, Lampung, dan beberapa provinsi lainnya.
Berdasarkan studi Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), sebanyak 39,6 persen dari 14 kabupaten yang merupakan sentra padi mengalami penurunan produksi di kemaraupanjang ini. Penurunannya bahkan tidak tanggung-tanggung, mencapai 39,3 persen.
Turunnya produksi pada musim kemarau sejatinya bukan hanya terjadi di tahun ini.
Setidaknya berdasarkan pengamatan AB2TI selama delapan tahun terakhir, memang selalu terjadi penurunan produksi padi tiap kali musim kemarau kemarau menerjang.
“Kalau basah biasanya produksi padi meningkat. Kalau kering, biasanya produksi padi menurun,” kata Ketua AB2TI Dwi Andreas.
Apabila kemarau panjang yang diperkirakan BMKG benar adanya, Andreas menyatakan, musim tanam padi pun akan mundur dibandingkan waktu normal.
Untuk diketahui, biasanya siklus tanam di musim hujan dimulai pada bulan Oktober hingga Desember.
Namun dengan kondisi kemarau tahun ini, dimulainya musim tanam bisa mundur sebulan menjadi November.
Ini tentunya akan membuat panen padi menjadi terlambat dibandingkan waktu normal.
Pada akhirnya, stok beras nasional lah yang akan berkurang untuk menutupi produksi yang telat.