Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Toilet Terbatas, Wabah Penyakit Membayangi Pengungsi Palu

Jika persoalan sanitasi tak segera ditangani, para pengungsi dikhawatirkan terjangkit berbagai wabah penyakit.

Editor: Sanusi
zoom-in Toilet Terbatas, Wabah Penyakit Membayangi Pengungsi Palu
TRIBUN TIMUR/
Sejumlah warga Palu harus mengantri untuk mendapatkan pembagian sembako di Gedung Manggala Sakti Makorem 132/Tadulako Jl Jend Sudirman, Palu, Sulteng, Senin (1/10). Hingga hari ke 4 Pasca bencana gempa dan tsunami warga Palu mengalami krisis logistik sehingga harus mengantri dari subuh untuk mendapatkan oembagian sembako yang disalurkan melalui pihak TNI. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) di berbagai lokasi terdampak gempa dan tsunami di Palu dan Donggala sangat terbatas.

Jika persoalan sanitasi tak segera ditangani, para pengungsi dikhawatirkan terjangkit berbagai wabah penyakit. Belum seluruh pengungsian di Palu menyediakan toilet portabel, setidaknya hingga Rabu (03/10/2018).

Para pengungsi selama ini masih menggunakan toilet di perkantoran. Beberapa pengungsian seperti di halaman Markas Korem 132/Tadulako dan kantor Telkom Palu memiliki sejumlah toilet, meski jumlahnya tak sebanding dengan pengungsi.

Persoalan bukan cuma ketersediaan toilet, tapi juga pasokan air. Elang, warga Palu, menyebut banyak toilet masih berdiri di pemukimannya. Namun toilet tersebut kotor karena pompa air tak teraliri daya listrik.

"Karena sistemnya menggunakan penampungan air, saat listrik mati, air tidak tertampung, toilet jadi tak bisa dibersihkan," ujar Elang.

Kondisi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir itu diakui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Mereka menyebut fasilitas MCK adalah salah satu kebutuhan mendesak, selain bahan makanan dan tempat tinggal sementara.

Menurut pakar kesehatan lingkungan dari Institut Teknologi Bandung, Katharina Oginawati, fasilitas sanitasi kerap tak menjadi prioritas dalam penanganan korban bencana alam. Padahal, kata dia, jika sanitasi terabaikan, pengungsi berpotensi terserang wabah penyakit, dari diare hingga demam berdarah.

Berita Rekomendasi

"Ini kondisi darurat, harusnya toilet darurat segera dibangun. Kita sering lamban, tidak jeli melihat ini. Orang buang air tidak bisa ditahan, jadi bisa sembarangan di tanah atau selokan."

"Kalau toilet tidak segera tersedia, sanitasi ini bisa jadi masalah baru," kata Katharina saat dihubungi via telepon.

Katharina menuturkan, pengelolaan sanitasi seharusnya satu bagian dalam pendirian pengungsian. Ia berkata, toilet darurat harus dilengkapi sistem pembuangan limbah yang tepat.

Pembuangan limbah mandi (grey water) dan kakus (black water), kata dia, harus terpisah dan tak menciptakan genangan. Katharina menyebut pengelola pengungsian harus memiliki bak khusus, baik septic tank atau biofil.

"Kalau tidak ada pengolahan, akan menggenang. Akibatnya, muncul bau yang mengundang hewan seperti insekta atau tikus."

"Lalat bisa terbang ke dapur dan kebanyakan, kalau sudah begitu, bisa muncul wabah," ucapnya.

Namun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan telah menangani sanitasi pengungsian Palu, meski kini masih lebih mengutamakan evakuasi korban meninggal dari ruang terbuka.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas