"Kita Tidak Ingin Ada Sosok Seperti Ratna Sarumpaet di Kubu Prabowo dan Jokowi"
Menurut Aria, Ratna Sarumpaet telah menciderai kontestasi politik menjadi kian carut marut.
Editor: Hasanudin Aco
Di sisi lain, Pilpres merupakan cara untuk membentuk kedewasaan demokrasi.
"Kita tidak melihat Prabowo sebagai musuh, tapi kita adalah mitra untuk mendewasakan demokrasi."
"Tidak ingin ada perkelahian, tapi kontestasi program," kata Aria.
Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai pasangan rekonsiliatif
Aria Bima juga menjelaskan, bahwa kandidat yang didukungnya merupakan pasangan yang rekonsiliatif.
"Kyai Ma'ruf adalah figur rekonsiliasi bangsa, itulah mengapa Kyai Ma'ruf dipilih sebagai wakil Pak Jokowi," kata Aria.
Pemilihan Kyai Ma'ruf sebagai wakil Jokowi, ungkap Aria, tidak terlepas dari posisinya di komunitas 411 dan 212.
Ia ingin menepis anggapan bahwa Jokowi hanyalah Presiden untuk partai pengusung dan relawan semata.
"Dulu, seolah-olah Pak Jokowi adalah Presiden partai pengusung dan relawan, karena itu muncullah gerakan 411 dan 212."
"Kyai Ma'ruf berasal dari komunitas 411 dan 212."
"Dari situlah Kyai Ma'ruf dijadikan wakil, itulah keinginan kita untuk merangkul semua pihak," kata Aria.
Dengan begitu, Aria yakin bahwa komunitas 411 dan 212 merasa terwakilkan lewat figur Kyai Ma'ruf.
"Insyaallah dengan menjadikan Kyai Ma'ruf, maka kawan kawan 411 dan 212 akan merasa terwakili, ada satu figur yang tidak hanya sebagai simbol tapi juga figur representatif umat yang empat tahun lalu ada di luar koalisi," ujar Aria. (*)