Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KPAI: Pencegahan Kasus Gay di Garut Harus Melibatkan Guru dan Orang Tua

Grup FB di Garut ini memiliki potensi strategis untuk mengkampanyekan gay di kalangan anak-anak atau remaja laki-laki

Penulis: Dewi Agustina
zoom-in KPAI: Pencegahan Kasus Gay di Garut Harus Melibatkan Guru dan Orang Tua
Warta Kota/Junianto Hamonangan
Retno Listyarti 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan keprihatinan mendalam terkait kasus adanya komunitas gay yang menggunakan aplikasi Facebook (FB) di Garut untuk menarik anggota dengan menyasar anak-anak usia SMP dan SMA/SMK.

KPAI menilai pengelola FB begitu berani membuat grup terbuka di aplikasi FB.

Sebelumnya, di salah satu SMP di Cikarang Selatan terbongkar grup whatsApp yang berisi chat dan video yang mengandung konten pornografi, grup ini beranggotakan puluhan anak di sekolah yang sama.

Grup FB di Garut ini memiliki potensi strategis untuk mengkampanyekan gay di kalangan anak-anak atau remaja laki-laki.

Anggota grup ini ternyata sangat banyak mencapai 2.600 anggota.

Hal ini dinilai sangat membahayakan karena kampanye lelaki penyuka sejenis bisa dengan cepat menyebar di kalangan anak lainnya di grup maupun di luar anggota grup.

"Anak-anak belum memiliki orientasi seksual, sehingga grup FB ini berpotensi membangun kekeliruan cara pandang anak terkait orientasi seksualnya," ujar Retno Listyarti, Komisioner KPAI bidang pendidikan dalam rilisnya kepada Tribunnews, Selasa (9/10/2018).

Baca: Nagita Slavina Marah Lipstiknya Dipakai Menggambar, Cara Cerdas Rafathar Minta Maaf Banjir Pujian

Berita Rekomendasi

Melibatkan Banyak Unsur
Menurut Retno, fakta ini tidak bisa dianggap remeh apalagi dibiarkan, karena grup FB Gay ini sangat meresahkan para orangtua.

"Masyarakat khawatir bahwa FB Gay ini akan mengganggu tumbuh kembang anak, karena anak berpotensi memiliki orientasi seksual sebagai gay," ujar Retno.

"Kalau kampanye seperti ini meluas, maka berdampak secara signifikan pada pembentukan orientasi seksual anak yang menyimpang," ujarnya.

Jika hal tersebut terjadi, kata Retno, maka sangat diperlukan terapi psikologis untuk merehabilitasinya.

Pelaksanaan rehabilitasi psikologis dan medis membutuhkan pelibatan masif dari P2TP2A Garut, dinas sosial, dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan dinas pendidikan setempat sesuai jenjang pendidikan korban.

"Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejatinya juga segera berkoordinasi untuk penanganan kasus ini dan mencegah meluas, mengingat kejadian yang hamper sama ditemukan tidak hanya di Garut, tetapi juga di Cikarang Selatan dengan skala yang lebih kecil dan lebih tertutup," ujar dia.

Selain itu, menurut Retno sangat diperlukan kepekaan dan kesadaran para guru dan orangtua untuk berpartisipasi aktif dalam mendampingi anak-anaknya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas