Ketika Anak-anak Korban Gempa Nyanyikan Lagu Mengenang Tragedi Gempa dan Tsunami
Tragedi bencana yang terjadi pada Jumat petang, (28/9/2018) masih teringat jelas diingatan anak-anak Desa Lompio, Kecamatan Sirenja, Donggala.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNNEWS.COM, DONGGALA - Tragedi bencana yang terjadi pada Jumat petang, (28/9/2018) masih teringat jelas diingatan anak-anak Desa Lompio, Kecamatan Sirenja, Donggala, Sulawesi Tengah.
Trauma tentu dirasakan para anak-anak ini, dimana mereka harus berhadapan dengan bencana yang begitu menakutkan.
Baca: Tangis Haru Hingga Flash Mob Warnai Pelepasan Kontingen Asian Para Games 2018
Tak ada lagi pakaian, mainan kesayangan atau pun perlengkapan sekolah yang dapat diselamatkan.
Kini pun mereka harus tidur di tenda pengungsian karena tempat tinggal mereka sudah hancur pasca diguncang gempa.
Dua pekan lebih tidur di pengungsian, anak-anak di desa ini sekarang sudah mulai bisa tertawa dan bermain.
Setelah gempa terjadi dan tinggal di pengungsian, ada satu rutinitas baru yang anak-anak ini lakukan.
Baca: Air Laut Lompati Kubah Masjid Jami Pantoloan saat Tsunami, Begini Kesaksian Jemaah
Mereka kerap menyanyikan lagu yang dibuat untuk mengenang peristiwa bencana gempa dan tsunami yang mengguncang Palu, Donggala dan Sigi.
Lagu itu mereka nyanyikan dengan kompak dan penuh penghayatan sehingga membuat para korban pengungsian disana meneteskan airmata.
"Saya setiap mendengar lagu ini mereka nyanyikan selalu menangis karena ingat kejadian itu. Kasihan mereka masih kecil sudah harus menghadapi bencana sebesar ini," ujar Ida, korban di pengungsian yang terharu mendengar lagu ini, Minggu (14/10/2018).
Azizah (10), satu diantara anak-anak yang menyanyikan lagu tersebut menyebut lagu itu berjudul Palu Menangis yang lihat dari ponsel milik orangtuanya.
"Aku tahunya dari youtube di handphone. Memang suka kita nyanyikan selama di pengungsian," kata Azizah.
Adapun lirik lagu yang anak-anak korban gempa itu nyanyikan yakni sebagai berikut ;
Sore itu surya hampir tenggelam di Pantai Talise Donggala
Dua delapan September dua ribu delapan belas di Sulawesi Tengah
Tiba-tiba terasa bumi berguncang, meluluhlantakan tanah kaili
Hiruk pikuk manusia berlari tanpa arah tak tahu harus kemana
Tanah terbelah rumah rata dengan tanah, air laut meluap seakan marah
Jembatan Kuning terpisah dua, Masjid Apung hampir tenggelam akibat dahsyatnya bumi beronta
Lebih seribu jiwa jadi korban bencana, banyak yang kehilangan saudara
Pengungsi dimana-mana, mengharap bantuan kita semoga semua ini jadi pelajaran untuk kita manusia