Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jimly Asshidiqqie: Jangan Musuhi Mantan Anggota HTI

Jimly Asshidiqqie meminta agar mantan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tak perlu dimusuhi di tengah-tengah masyarakat.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Jimly Asshidiqqie: Jangan Musuhi Mantan Anggota HTI
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
BEKALI MAHASISWA - Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) pertama (2003 - 2008) hadir dalam pelatihan Contrac Drafting kerjasama dengan Jimly School Low and Government, sekaligus Asosiasi Perancang Kontrak di Universitas Negeri Pembangunan Nasional Veteran (UPN) Jatim untuk menambah keterampilan mereka sebelum menyandang gelas S1, Jumat (21/9). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ( ICMI) Jimly Asshidiqqie meminta agar mantan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tak perlu dimusuhi di tengah-tengah masyarakat.

Ia berharap, mantan anggota HTI itu dapat memberikan pembelajaran positif seperti memperluas obyek dakwah serta pendidikan.

"Jangan dimusuhi, supaya kita juga belajar dari pengalaman masa lalu kita sendiri waktu tahun 1965 (PKI). Bubarkan partainya, lalu kemudian anggotanya termasuk keluarganya, tetangganya dicatetin semua. ndak perlu lagi seperti itu," kata Jimly di Kantor Wakil Presiden RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (31/10/2018).

Mantan Ketua Hakim Mahkamah Konstitusi ini mengatakan, tingkat cara berpikir warga kian maju dan modern sehingga tak perlu memberikan label tertentu pada mantan anggota organisasi yang telah dibubarkan pemerintah beberapa waktu.

"Karena tingkat peradaban manusia abad 21 itu sudah terlalu tinggi untuk tidak lagi memperlakukan cara-cara kampungan kayak begitu," tutur dia.

Baca: PKS Bantah Ancam Matikan Mesin Partai Bila Tak Dapat Jatah Wagub DKI

Dirinya yang ditemui usai melakukan pertemuan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan apresiasi pada Wapres Kalla yang memiliki peran internal dalam menenangkan umat islam, usai insiden pembakaran bendera.

"Pak JK simbolis ke (arah) agak meredakan, ya memang kita butuh tokoh-tokoh seperti Pak JK ini, supaya antara Islam dan kebangsaan itu jangan dibentur-benturkan. Jangan kalau berbeda pendapat lalu mempersekusi orang yang pendapatnya tidak sama dengan kita, itu yang tidak boleh," terang dia.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas