Tangkap Sinyal dari CVR Black Box, Kapal BPPT Alami Kendala
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan (Teksurla) BPPT, M Ilyas mengatakan kapal Baruna Jaya I milik BPPT telah menangkap sinyal dari ...
Penulis: Gita Irawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan (Teksurla) BPPT, M Ilyas mengatakan kapal Baruna Jaya I milik BPPT telah menangkap sinyal dari benda yang diduga Cockpit Voice Recorder (CVR).
Hal itu diungkapkan Ilyas di Dermaga JICT 2 Tanjung Priok pada Kamis (1/11/2018).
"Sebenarnya kita sudah menangkap dia punya sinyal (CVR). Di kapal kami tuh sudah ada dua sinyal yang ditangkap," kata Ilyas.
Namun ia mengatakan ada beberapa kendala yang dihadapi untuk memastikan lokasi CVR tersebut.
Pertama, lokasi kapal Baruna Jaya I harus berpindah dari lokasi yang dianggap potensi distribusi banyaknya pecahan-pecahan pesawat.
Kapal Baruna Jaya I harus berpindah karena di lokasi tersebut ada pipa-pipa bawah laut milik Pertamina, sehingga kapal Baruna Jaya I tidak bisa melego jangkar di sana untuk menerjunkan robot penyelam ROV dan meraih gambar lebih jelas.
Baca: Mengetahui Proses Identifikasi Korban Lion Air PK-LQP [1]
Kendala lain adalah arus dasar laut yang sangat kuat.
"Kami harus berada di luar sekitar 550 meter dari lokasi itu untuk melakukan operasi ROV ini dengan kesulitan arusnya sangat kencang disana," kata Ilyas.
Ilyas memperkirakan jarak antara lokasi sinyal FDR yang sudah ditemukan pada Kamis (1/11/2018) dengan CVR antara 200 sampai 300 meter.
"Itu kurang lebih 200-300 meter, gak terlalu jauh dari (CVR)," kata Ilyas.
Meski Ilyas mengatakan sinyal tersebut sangat kuat karena berasal dari pesawat yang relatif baru, namun ia mengatakan ada kendala lain lagi yang ditemui yakni banyaknya kapal yang beroperasi dan penyelaman di sekitar lokasi sinyal.
"Cuma karena hari ini banyak penyelaman, banyak kapal beroperasi jadi kita banyak error, banyak noise," kata Ilyas.