Memahami Ancaman Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuefaksi Sulawesi Tengah
Menyadari potensi bencana gerak aktif sesar Palu-Koro, DMII mengajak masyarakat Indonesia khususnya warga Palu memahami ancaman bencana
Editor: Content Writer
Menyadari potensi bencana gerak aktif sesar Palu-Koro, Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) mengajak masyarakat Indonesia khususnya warga Palu memahami ancaman bencana. Melalui seminar bertajuk "Gempa Bumi, Tsunami, Likuifaksi Sulawesi Tengah: Sebuah Pelajaran bagi Mitigasi Bencana", pada Rabu (7/11/2-18) DMII bersama sejumlah pakar berupaya menyampaikan kajian terkait gempa yang terjadi di Palu 28 September lalu.
Dibuka langsung oleh Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin, seminar "Gempa Bumi, Tsunami, Likuifaksi Sulawesi Tengah: Sebuah Pelajaran bagi Mitigasi Bencana" dihadiri sejumlah akademisi, relawan kemanusiaan, maupun masyarakat umum.
Narasumber pun dihadirkan dari berbagai bidang, yaitu Drs. Abdullah, M.T., Dosen dan Peneliti Sesar Palu Koro dari Universitas Tadulak; Daryono, S.Si, M.Si, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG; Ginda Hasibuan, ST, MT, Kepala Sub Bidang Evaluasi Geologi Teknik, Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi; dan Sridewanto Edi Pinuji, Kasi Pengkajian Risiko, Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB.
Dalam sambutan pembukaaannya. Ahyudin mengajak segenap masyarakat Palu untuk bersyukur dan memaknai bencana yang terjadi dengan pikiran positif.
"Salah satu hikmah dari terjadinya bencana adalah Palu sangat mendunia. Kita harus berpikir hal-hal positif. Hakekatnya, bencana takdir. Takdir dari yang Mahabaik, maka kebaikan yang terjadi," tutur Ahyudin.
Ia juga menegaskan, bencana menjadikan seluruh pihak untuk lebih mawas. Menurut Ahyudin, kerugian besar pada bencana alam bukanlah terletak dari banyak materi yang berkurang, melainkan banyaknya korban jiwa.
"Korban 2000 orang jangan dianggap kecil. Tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia," paparnya. Sebab itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk tanggap bencana hingga tidak akan ada lagi korban nyawa. Ia pun berharap pihak akademisi dan universitas di Palu untuk membuka studi Manajemen Bencana.
Hadir pula Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola sebagai keynote speaker. Ia mengapresiasi kinerja lembaga kemanusian, khususnya ACT dalam menyediakan kajian akademis.
"Saya sangat mengapresiasi tentunya. Hasil dari kajian ini sebagian adalah bagian masukan dari kami pemerintah provinsi Sulteng sebagai revisi tata ruang," paparnya.
Ia pun berharap kolaborasi pemerintah dan ACT mampu mencapai solusi atas bencana yang terjadi.
"Kita sudah menuju ke Pemulihan. Adanya dukungan ACT dan relawan-relawan lain membuat lebih cepat proses pemulihan itu. Dan kami selaku pemerintah tetap tegas dengan strategi-strategi yang tekah kita tetapkan," ungkap Longki.
Pemerintah Sulawesi Tengah pun berharap, target-target pemulihan yang telah direncanakan lekas tebantu dengan adanya sejumlah organisasi kemanusiaan. Misalnya target pemulihan air bersih dan hunian bagi masyarakat.
Seminar tersebut turut dihadiri perwakilan Walikota Palu Kepala Pelaksana BPBD Kota Palu, Danrem 132 Tadulako, diwakili oleh Kasrem, letkol inf. Sihotang, Bupati Donggala Kasman Lassa, Bupati Sigi Moh Irwan Lapata, Senior Vice President ACT Syuhelmaidi Syukur, Vice President ACT Ibnu Khajar, Vice President ACT Bapak Iqbal Setyarso dan Kepala Cabang ACT Sulteng, Ibu Nani Nurmarjani Loulembah. (*)