Prabowo-Sandi Sudah 3 Kali Minta Maaf, Tim Jokowi Sarankan Ini
Belum genap dua bulan masa kampanye, pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terhitung sudah tiga kali meminta maaf.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf Amin mengingatkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk bertobat dan hijrah.
Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Maruf Amin, Raja Juli Antoni mengatakan, belum genap dua bulan masa kampanye, pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terhitung sudah tiga kali meminta maaf.
Pertama, saat Prabowo Subianto meminta maaf karena kasus dugaan hoaks penganiayaan eks anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Ratna Sarumpaet.
Yang kedua, pernyataan Prabowo Subianto soal 'Tampang Boyolali'.
Dan ketiga lantaran Sandiaga Uno melangkahi makam salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, KH Bisri Syansuri.
"Dalam masa kampanye yang berlangsung sekitar satu setengah bulan, Pak Prabowo Subianto dan Pak Sandiaga Uno sudah tiga kali melakukan kesalahan fatal dan berujung dengan minta maaf," ujar Raja Juli Antoni saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (14/11/2018).
Baca: Moeldoko Tantang Kubu Prabowo-Sandiaga Bicarakan Program
Raja Juli Antoni mengatakan permintaan maaf saja tidak cukup, lantaran kesalahan kerap diulang.
Ia pun meminta Prabowo dan Sandiaga untuk bertobat dan hijrah.
"Bagi saya tidak cukup maaf, mesti tobat dan hijrah," tutur Raja Juli Antoni.
Raja Juli Antoni menerangkan saling memaafkan tentu hal yang positif.
Namun, ia mengajak Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk berhijrah seperti yang diutarakan calon presiden nomor urut 01 Jokowi.
Dengan begitu, diyakini Raja Juli Antoni, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tak akan mengulangi kesalahan yang sama.
"Tobat adalah komitmen untuk tidak akan melakukan kesalahan lagi. Hijrah, seperti yang dikatakan Pak Jokowi, adalah perpindahan dari yang buruk menjadi baik. Dari ketidakhati-hatian menjadi mawas diri. Dari pesimis ke optimis," ucap Raja Juli Antoni.
"Mungkin rakyat akan akan memaafkan tapi tetap mencatat dan tidak melupakan," sambungnya.