Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dapat Laporan Ada 50 Penceramah Terindikasi Paham Radikal, Ini Kata Menag

Menteri Agama Lukman Hakim belum mau berkomentar lebih lanjut terkait laporan adanya 50 penceramah di masjid lingkungan pemerintah

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
zoom-in Dapat Laporan Ada 50 Penceramah Terindikasi Paham Radikal, Ini Kata Menag
Tribunnews.com/ Rina Ayu
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang ditemui di Kantor Kemenag RI, MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Menteri Agama Lukman Hakim belum mau berkomentar lebih lanjut terkait laporan adanya 50 penceramah di masjid lingkungan pemerintah terindikasi paham radikal.

Lukman pun belum dapat berkomentar banyak terkait hal tersebut, mengingat setiap laporan perlu dikaji terlebih dahulu dan baru bisa melakukan tindakan.

"Saya harus dalami dulu, saya belum bisa komentar soal itu," ujar Luman di Istana Bogor, Rabu (21/11/2018).

Sebelumnya, ‎Badan Intelijen Negara (BIN) menyatakan ada 50 penceramah di masjid lingkungan pemerintah yang menyebarkan konten kebencian.

Juru bicara kepala BIN, Wawan Hari Purwanto mengatakan, ‎konten cemarah yang disampaikan 50 penceramah tersebut bermuatan ujaran kebencian, mengkahfir-kafirkan orang lain.

"Kita dorong ini lebih sejuk, kami semua berkoordinasi BIN dan kementerian/lembaga lain," ujar Wawan.

‎Wawan tidak menyebut secara jelas apakah penceramah tersebut terafialiasi dengan kelompok berajaran radikal tertentu atau tidak, namun yang pasti BIN terus melakukan pendalaman.

BERITA REKOMENDASI

"Yang jelas ada penceramah seperti itu dan sudah kita dalami dan kita lakukan pendekatan-pendekatan supaya enggak lebih (jauh) lagi," papar Wawan.

50 penceramah tersebut sudah terjadwal mengisi cemarah di 41 masjid lingkungan pemerintah di Jakarta, dimana berdasarkan ‎survei Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat‎ (P3M) NU, 41 masjid tersebut terpapar paham radikal.

"Sebenarnya ceramah bebas (tidak dibatasi materinya), tapi kita ada koridor enggak boleh intoleransi," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas