Buka Rakernas VI MUI, Gubernur Papua Barat Bilang Perbedaan Jadi Sarana Pemersatu Bangsa
Untuk pertama kalinya, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV MUI 2018 mengambil lokasi di Raja Ampat, Papua Barat.
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RAJA AMPAT- Untuk pertama kalinya, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV MUI 2018 mengambil lokasi di Raja Ampat, Papua Barat.
Tak hanya itu, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan yang notabene non-Muslim mendapat kehormatan untuk membuka Rakernas yang dihadiri 250 peserta dari berbagai daerah itu.
Dalam sambutannya Dominggus Mandacan mengatakan Papua Barat memiliki keberagaman yang sangat erat dengan kultur daerah dan dapat menyampaikan pesan persatuan dan persaudaraan di Indonesia.
Potensi ini juga menjadi modal kuat pengembangan pariwisata dengan heterogenitas masyarakat Papua .
“Keberagaman masyarakat Papua menjadi potensi luar biasa dalam pengembangan pariwisata di Papua Barat, “ kata Mandacan, Jumat (23/11/2018).
Baca: MUI Berkomitmen Perteguh Penguatan Ukhuwah Jelang Pemilu 2019
Selain itu Ia mengatakan, perbedaan agama, suku, budaya, dan bahasa, seharusnya tidak menjadikan Indonesia bercerai berai.
“Mari menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu bangsa dan memperkuat NKRI,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Gubernur Papua Barat, Mohammad Lakatoni, menambahkan persatuan dalam keberagaman tersebut sudah berlangsung sangat lama, itu semua adalah keberhasilan dari moderasi beragama di masyarakat.
“Keberagaman agama dan suku bangsa di Indonesia sudah dibangun sejak lama, khususnya di Papua Barat. “ ujar Lakatoni.
Ia menyebutkan, Papua Barat daerah Kaimana misalnya, satu kabupaten ada tujuh distrik, di sana ada delapan suku, setiap suku punya bahasa dan agama berbeda, dalam keragaman tersebut itu mereka saling menghargai.
“Saat SD di Kaimana, ketika suku kami yang beragama Muslim berhari raya, suku-suku tetangga datang ikut meramaikan dengan tabuhan tifa, begitu pula saat mereka berhari raya, suku kami datang ikut meramaikan," ucap Lakatoni.
Dia juga bercerita tatkala umat Islam berkunjung ke perayaan saudara mereka, tetap menjaga sejumlah perkara demi menghormati seperti peralatan makanan dan makanannya sangat dijaga dan diperhatikan agar kami yang Muslim bisa ikut makan bersama.
“Hidup rukun, saling menghargai, dan menghormati merupakan bukti sejarah moderasi agama sejak dahulu, alhamdulillah terjaga dengan baik,” kata nya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.