Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bertemu Nelayan Jember, Menteri Susi Minta Kelola Kekayaan Laut dengan Bijak

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti didampingi Bupati Jember, Faida, Sabtu (24/11/2018) menghadiri Kongres Nelayan di Kecamatan Puger.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Bertemu Nelayan Jember, Menteri Susi Minta Kelola Kekayaan Laut dengan Bijak
Tribunnews.com/Chaerul Umam
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Ikan Nasional ke-5, di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (25/11/2018). 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti didampingi Bupati Jember, Faida, Sabtu (24/11/2018) menghadiri Kongres Nelayan di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi berpesan agar bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jember menjaga alam yang telah diwariskan secara turun temurun. Laut adalah salah satunya, yang diyakini sebagai masa depan bangsa Indonesia.

“Laut harus tetap dijaga turun temurun. Laut itu warisan bukan milik kita, tapi sebuah warisan dari nenek moyang kita ke kita. Dari warisan maka harus kita turunkan ke anak cucu kita,” tutur Menteri Susi saat memberikan sambutan, seperti pada rilis yang diterima Tribunnews.com.

Menurutnya, jika laut Indonesia yang memiliki pantai kedua terpanjang di dunia ini dapat dikelola dengan baik, maka laut Indonesia ini dapat memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya yang merupakan penduduk kelima terbesar di dunia.

“70 persen dari dunia ini adalah lautan, 70 persen dari wilayah Indonesia adalah lautan. Ditambah sungai, ditambah danau 80% lebih hampir 85 persen wilayah Indonesia ini adalah air. Jadi airlah yang harusnya menjadi (sumber) kehidupan kita semua,” lanjut Menteri Susi.

Menggantungkan hidup dari lautan berarti juga harus siap untuk menjaga kelestariannya.

Salah satunya dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, baik dalam bentuk kantong kresek, bungkus makanan atau produk kecantikan, sedotan, botol minuman, dan sebagainya yang dapat membahayakan lingkungan dan ekosistem di dalamnya.

Berita Rekomendasi

Menteri Susi mencontohkan mudarat yang didatangkan sampah plastik di lautan yaitu dengan ditemukannya paus jenis sperma yang mati terdampar di Desa Kapota Utara, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu.

Meski belum dipastikan penyebab kematiannya, namun di dalam perutnya ditemukan berbagai macam sampah dalam jumlah yang tidak sedikit.

“Kemarin ikan paus besar mati terdampar. Setelah dibuka isi perutnya ada sandal capit, ada pancing, ada senar, ada rapia, ada kantong kresek. Sekarang Bapak jaring tiap hari, ada plastik enggak di jaringnya? Pasti ada,” ujarnya.

“Diperkirakan Indonesia ini sekarang menjadi penyumbang sampah laut terbesar nomor 2 di dunia. Dan khusus sampahnya sampah plastik, kita belum hitung sampah yang lain. (Tapi) kalau sampah lain bisa hancur. Bapak-bapak dan Ibu-ibu harus tahu, sampah plastik itu 450 tahun tidak akan hancur,” imbuhnya.

Menteri Susi juga memberikan contoh beberapa daerah yang akan memulai penerapan kebijakan pelarangan plastik sekali pakai, salah satunya Bali, yang rencananya akan memulai pada Januari mendatang.

Selain itu, penggunaan plastik sekali pakai juga telah diterapkan di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan pemberian denda bagi yang melanggar.

Menteri Susi berpendapat, stok ikan lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY) Indonesia yang belakangan telah mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan harus dijaga dengan upaya pelestarian lingkungan.

Tak hanya menjaga lingkungan dari sampah, Menteri Susi juga meminta nelayan Jember agar tak lagi menggunakan alat tangkap yang dapat merusak lingkungan dan menghindari cara penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing).

Menteri Susi juga mengimbau masyarakat agar tak serakah mengeksploitasi sumber daya ikan yang telah diberikan Tuhan melalui tata kelola penangkapan yang baik.

“Di laut sampean ngasih makan (ikan) enggak? Yang kasih makan Tuhan, Tuhan kasih makan, Tuhan kasih jaga, mbok yo sabar. Di Pangandaran dulu, satu hari di kampung saya 30 ton ikan layur, 5 ons 3 ons harganya Rp70.000. Kalau nelayannya rakus, serakah, yang mata jaringnya dikecilin dari 23/4 menjadi 1 inc seperempat. Saya bilang sampean nih mbok piye toh, nanti pakai kelambu saya nangkep ikannya, biar telornya semuanya kena, saya bilang. Sampean enggak usah nangkep ikannya nangkep endognya ae. Akhirnya yang 30 ton Rp70.000 sekarang nyari 5 ton samene-mene Rp 5.000 perak diasin. Ya enak. Tapi kalau semua ikannya ditangkepnya gini lah ya bagaimana? Suatu hari mata rantainya akan putus,” jelas Menteri Susi.

Menteri Susi mengatakan, segala upaya dan kampanye menjaga laut yang dilakukan ini merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Menurutnya, ia telah diberikan kehormatan dan kepercayaan luar biasa oleh Presiden yang harus ia pertanggungjawabkan dengan berupaya bekerja maksimal.

“Saya diberikan amanah satu kehormatan. Saya harus betul kerja, saya harus jaga kedaulatan negara ini. Saya bangun pulau-pulau terpencil, saya tenggelamkan kapal-kapal asing. Dikomentari menteri sinting, menteri galak, menteri gila, sekarepmu. Yang penting saya kerja benar untuk negara, untuk saya dan untuk anak cucu saya,” tandasnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas