KNKT Sebut Pesawat Lion Air PK-LQP Sudah Bermasalah Sebelum Terbang
Pesawat Lion Air PK-LQP terbang dalam kondisi bermasalah selama sekitar 1,5 jam, dari Denpasar ke Jakarta pada 28 Oktober 2018.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesawat Lion Air PK-LQP terbang dalam kondisi bermasalah selama sekitar 1,5 jam, dari Denpasar ke Jakarta pada 28 Oktober 2018.
Penerbangan itu berlangsung tepat sehari sebelum pesawat itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 pagi.
“Saat pre-flight, Pilot in Command (PIC) melakukan diskusi dengan teknisi, terkait tindakan perawatan pesawat udara, termasuk adanya informasi bahwa sensor Angle of Attack (AoA) diganti dan telah diuji,” ungkap Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Nurcahyo Utomo, dalam konferensi pers laporan awal investigasi kecelakaan pesawat Lion Air LK-LQP di Kantor KNKT, Jakarta Pusat, Rabu (28/11/2018).
Baca: Satu Bulan Penyelidikan, Tim KNKT Temukan Fakta Terbaru Tragedi Lion Air JT 610
Nurcahyo mengatakan, Digital Flight Data Recorder (DFDR) yang telah dihimpun dari blackbox mencatat ada stick shaker aktif yang terjadi, sesaat sebelum pesawat lepas landas pada pukul 22.20 WITA dari Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dan terus terjadi selama penerbangan yang berlangsung sekitar 1 jam 36 menit itu.
Stick shaker itu jika dibiarkan berpotensi membuat pesawat kehilangan daya angkat. Kemudian, setelah pesawat berada di ketinggian 400 kaki, pilot menyadari adanya peringatan IAS (Indicator as Speed) DISAGREE pada Primary Flight Display (PFD), lalu pilot mengalihkan kendali pada kopilot, untuk membandingkan peringatan di PFD dan ‘instrument standby’.
“Kemudian ditemukan PFD kiri bermasalah,” ujarnya.
Pilot kemudian menemukan bahwa pesawat mengalami trimming aircraft nose down (AND) secara otomatis.
“Pilot kemudian mengubah STAB TRIM ke CUT OUT, sehingga pilot mengendalikan pesawat secara trim manual dan tanpa auto-pilot sampai mendarat,” jelasnya.
Nurcahyo kemudian menjelaskan bahwa pilot memberi deklarasi “PAN PAN” kepada petugas pemandu lalu lintas udara di Denpasar, untuk terbang searah dengan landasan pacu.
Pilot juga melaksanakan tiga non-normal checklist, di mana di antara tiga instruksi itu tak ada satu pun yang memuat perintah pendaratan di bandar udara terdekat.
Nurcahyo mengatakan, pesawat itu berhasil mendarat di Jakarta pukul 22.56 WIB, setelah terbang sekitar 1 jam 36 menit.
“Sesampainya di Jakarta, pilot melaporkan masalah pesawat udara kepada teknisi dengan menulis adanya IAS dan ALT DISAGREE dan menyalanya lampu FEEL DIFF PRESS atau ‘feel different pressure’, di Aircraft Flight and Maintenance Logbook,” terang Nurcahyo.
Nurcahyo menjelaskan, teknisi kemudian membersihkan Air Data Module dan static port kiri untuk memperbaiki IAS dan ALT (altitude) DISAGREE, disusul tes operasional di darat dengan hasil tak ada masalah.
“Teknisi juga melakukan pembersihan sambungan kelistrikan pada elevator feel computer disertai dengan tes operasional dengan hasil baik,” beber Nurcahyo.
Ia kemudian menjelaskan, setelah perbaikan itu, pesawat kembali melakukan penerbangan pada 29 November 2018 pukul 06.20 WIB, dari Jakarta menuju Pangkalpinang, yang kemudian jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. (Rizal Bomantama)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Investigasi KNKT: Lion Air PK-LQP Juga Alami Masalah yang Sama saat Penerbangan Malam Sebelum Jatuh
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.