Memulai Aktivitas Pagi Hari, Kiai Ma'ruf Amin Tak Lupa Baca Koran Kompas
Calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin memiliki akvitas rutin membaca koran Kompas setiap pagi.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin memiliki akvitas rutin membaca koran Kompas setiap pagi.
Ma'ruf Amin berujar media cetak tetap diperlukan era digital.
Karena di koran, ucap Ma'ruf, tidak sekedar informasi tapi juga ada analisa.
Editorial redaksi menjadi perhatian utama Ma'ruf Amin.
Hal itu disampaikan Ma'ruf Amin di kediamannya Jalan Situbondo No 12, Menteng, Selasa (11/12/2018).
Ma'ruf Amin terlihat membaca sejumlah koran sambil menunggu kehadiran tamu dari Keluarga Besar Nahdlatul Ulama se- Tangerang Selatan.
"Saya masih membaca koran tiap pagi. Saat baca koran saya tidak pakai kacamata," ujar Ma'ruf Amin.
Baca: Maruf Amin Sudah Beraktivitas, di hari Minggu Terima Kunjungan 70 Orang
Ma'ruf Amin sedang membaca koran Kompas dan Media Indonesia.
Ma'ruf menunjukkan berita dan foto pertemuannya dengan Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Erick Tohir kemarin.
Ma'ruf menerangkan, biasanya membaca koran 30 menit untuk tahu berita aktual.
"Saya baca semua. Yang positif dan negatif. Kalau ketemu yang negatif, nanti saya coba luruskan yang miring-miring itu," kata Maruf.
Dia mengakui memberi perhatian khusus terhadap editorial koran karena sorotan redaksi terhadap masalah aktual.
"Itu penting bagi saya untuk disimak. Di situ juga saya memperoleh informasi dan inspirasi. Apa yg harus diperbaiki. Jadi saya tertarik baca editorial," tutur Ma'ruf.
"Saat sedang di luar kota, di hotel pun saya sempatkan membaca koran. Paling terganggu kalau ada tamu. Tapi apa yang menarik, saya baca. Termasuk berita olahraga," ucapnya.
Ma'ruf melihat tantangan koran saat ini dengan adanya perkembangan teknologi karena koran terlihat lambat untuk pemberitaan dibanding media online tapi menurutnya koran masih ada kelebihan, ada analisa mendalam.
"Kalau online beritanya cepat. Orang sekarang pengen serba cepat. Namun koran masih diperlukan untuk menilai online. Koran penyeimbang informasi meski kalah cepat," kata Ma'ruf.
"Sekarang koran punya online sebagai penunjang. Koran masih diperlukan untuk bahasan mendalam. Kalau mau cepatnya aja, ya baca di online. Kalau lebih mendalam di koran meskipun koran ada keterbatasan karena harus dicetak," tutur Maruf.
Untuk berita online, Kiai Ma'ruf menjelaskan biasanya timnya menyampaikan inti sari berita atau informasi yang sedang ramai di media online.