BNN: Sepanjang Tahun 2018, Mayoritas Pengguna Narkoba Adalah Generasi Muda
Komjen Pol Heru Winarko mengkalim tahun 2018, para pengguna narkoba mayoritas adalah generasi muda atau para pelajar.
Penulis: Reza Deni
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Heru Winarko mengkalim tahun 2018, para pengguna narkoba mayoritas adalah generasi muda atau para pelajar.
Hal tersebut diungkapkannya dalam Press Release Tahun 2018 BNN di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur.
Awalnya, Heru membandingkan bagaimana preferensi pengguna narkoba dari tahun 2017 ke 2018.
"Preferensi tahun kemarin 1,77 persen, sementara tahun ini naik. Tahun kemarin kita bekerja sama dengan FK UI, tahun ini kita kerja dama dengan LIPI, dan meningkat jadi 2,1 persen," ujar Heru, Kamis (20/12/2018).
Baca: BNN: Ada Indikasi Peredaran Narkoba Jelang Pergantian Tahun
Heri kemudian mengatakan para pengguna narkoba pada tahun 2017 adalah para pekerja.
"Dan yang menjadi perhatian, tahun ini yang menggunakan narkoba tahun ini adalah anak muda," imbuhnya.
Namun, Heru tak mengatakan berapa jumlah generasi muda pengguna narkoba di tahun 2018, serta penyebarannya di wilayah mana.
Baca: Siska Icun Sulastri Janjikan Rp 2 Juta Sebelum Dibunuh, Temui Pelaku di Kolam Renang
Heru justru menekankan jika Indonesia ingin mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045, maka generasi muda pengguna narkoba ini harus dikurangi.
"Karena dengan narkoba, negara ini tidak akan mendapatkan bonus apa-apa," ungkapnya.
Heru juga menjelaskan bagaimana para generasi muda menggunakan narkoba, mengingat di satu sisi untuk membeli narkoba butuh uang banyak.
Sementara generasi muda yang notabenenya mayoritas pelajar, belum berpenghasilan.
"Ini dampak buruk teknologi, anak-anak muda berinteraksi dengan mudah dan kemungkinan juga dengan para pengedar," kata Heru.
Dia juga menjelaskan soal jenis-jenis narkoba berbiaya murah dan dijangkau oleh para pelajar yang belim berpenghasilan.
"Narkoba itu bukan hanya sabu, ada PPC, Tramadol, bisa dibeli seharga Rp 3 ribu-Rp 2 ribu, itu yang dimudahkan dan dibeli anak-anak muda kita," pungkasnya.
Namun, pihaknya, dikatakan Heru, sudah bekerja sama dengan Kemendikbud dalam rangka mengatasi hal tersebut.
"Kami membuat modul dari tingkat playgroup sampai universitas dan kami berharap bisa masuk ke kurikulum," pungkasnya.