Cerita Afu, Pegawai Kemenpora yang Selamat dari Terjangan Tsunami di Tanjung Lesung
“Sekitar jam 9 lebih 15 menit, tiba-tiba lampu mati. Air laut mulai naik, terus teman saya bilang ada tsunami, kita langsung lari," tutur Afu.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Sapto Nugroho
“Sekitar jam 9 lebih 15 menit, tiba-tiba lampu mati. Air laut mulai naik, terus teman saya bilang ada tsunami, kita langsung lari. Posisi saya waktu itu ada di belakang panggung, kan kita adain acaranya di tempat terbuka semacam camping. Saya sedang kerja dengan teman saya di dalam kontainer. Saat teman saya bilang itu, kita langsung lari semua, saya lihat ke belakang itu kira-kira ombak tingginya lima meter,” tutur Afu.
Menurut Afu, suasana saat kejadian sangat mencekam.
Afu menambahkan, seluruh orang panik berlarian menjauhi pesisir pantai di tengah gelapnya kondisi jalan, sementara gulungan ombak masih mengintai di belakangnya.
“Saya lihat kontainer itu rubuh diterjang air. Kita semua lari, tidak jauh dari situ, ada dataran tinggi seperti bukit. Saya berlari ke situ, sempat loncat pagar dulu. Kemudian saya lari ke jalan. Orang-orang di jalan juga teriak-teriak tsunami. Di situ saya ikut motor orang,” cerita Afu.
Hingga saat ini, informasi yang Tribunnews dapatkan, dari 50 rombongan Kemenpora, sekitar 14 pegawai dan keluarga Kemenpora yang mengalami luka-luka dan kini masih menjalani penanganan di rumah sakit.
Sedangkan jumlah korban jiwa ada empat orang dan masih ada satu korban lagi yang belum ditemukan yakni atas nama Helena. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.