Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Belajar Toleransi dan Bertenggang Rasa dari Kampung Sawah

Ada 2 gereja dan satu masjid, yakni Gereja Kristen Pasundan, Gereja Katolik Santo Servatius serta Masjid Al Jauhar Yasfi, berdiri berdampingan.

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Belajar Toleransi dan Bertenggang Rasa dari Kampung Sawah
TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN
Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Santo Servatius, Matheus Nalih Ungin 

Matheus terus mengingatkan hal ini karena persaudaraan warga di Kampung Sawah memang terjadi karena latar sejarah yang kuat.

Katanya, perkembangan Katolik di kampung halamannya baru ada pada tahun 1896 yang pada saat itu dibaptisnya 18 putra Kampung Sawah dari berbagai marga oleh Pastur Bernardus Schweitz.

Saat itu, terjadi perpecahan internal di Kristen Methodist pada tahun 1874.

“Dulu kubu terpecah menjadi dua, yakni Gereja Kulon (barat) sebagai umat Protestan dan Gereja Wetan (timur) sebagai umat Katolik yang dibatasi secara geografis oleh Jalan Raya Kampung Sawah,” cerita Matheus.

Dalam Gereja Kulon ini, terjadi perpecahan internal lagi. Akhirnya, dipelopori seorang guru bernama Nathanael yang menghadap Vikaris Keuskupan Batavia, mereka meminta agar masuk ke Katolik.

Maka dibaptislah 18 putra Kampung Sawah itu oleh keuskupan pada tanggal 6 Oktober 1896.

Pembaptisan 18 putra Kampung Sawah itu menandai berdirinya komunitas Katolik di Kampung Sawah secara de facto. Namun marga Ungin tidak menjadi salah satu orang yang dibaptis dari 18 orang tersebut. 

Berita Rekomendasi

Pada tahun 1800an umat Muslim disebutnya belum terorganisir dengan baik secara kelembagaan. Saat itu juga belum ada rumah ibadah umat Muslim.

Kemudian, pada tahun 1972, pulanglah Kyai Rahmadin Afif dari pondok pesantren yang sekarang pendiri Yasfi.

Sejak kepulangannya, umat Muslim di Kampung Sawah terorganisir dengan baik. Boleh dikatakan ia adalah guru dan tokoh Muslim pertama di Kampung Sawah.

Saat itu didirikan satu Masjid di daerah Pasar Kecapi. Menariknya, bendahara dari pembangunan Masjid tersebut beragama Katolik, almarhum Hasan Pario.

Dulu, katanya, sempat ada upaya untuk merusak kerukunan di Kampung Pancasila ini. Ada pendakwah yang berusaha 'mengompori' umat Muslim Kampung Sawah.

Di saat itu juga Kyai Rahmadin mengambil langkah bijak. Dia mematikan pengeras suara di luar, sehingga hanya terdengar di dalam saja.

“Saya sangat salut dengan Pak Kiai atas keputusannya itu, Pak Kiai mempunyai prinsip tidak boleh ada yang mengotori Kampung Sawah ini, membuat saya dan teman-teman semakin semangat menjaga persatuan,” katanya dengan antusias.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas