Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Si Pitung' Pengawal Liturgi Ekaristi dari Gereja Santo Servatius

Kehadiran Krida Wibawa menurutnya merupakan bagian dari misi Budaya Paroki Santo Servatius Kampung Sawah untuk melestarikan budaya Betawi.

Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Choirul Arifin
zoom-in 'Si Pitung' Pengawal Liturgi Ekaristi dari Gereja Santo Servatius
TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN
Kelompok Krida Wibawa di Gereja Santo Servatius, Kampung Sawah, di Jati Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada perayaan Natal, Selasa (25/12/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekira enam pria berkostum ala pendekar Betawi tampak hilir mudik di sudut-sudut Gereja Santo Servatius Kampung Sawah, di Jati Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada perayaan Natal, Selasa (25/12/2018). 

Layaknya jawara Betawi, mereka memakai baju koko berwarna hitam dan celana pangsi berbalut sarung, serta tak lupa peci dan golok tampak mentereng terselip di pinggang.

Mereka adalah para pengawal yang disebut Krida Wibawa, para pendekar pengawal perarakan imam sejak dari sakristi hingga menuju altar.

Demikian juga saat perarakan persembahan dan perarakan imam pulang menuju sakristi.

Baca: Liriknya Disebut Jadi Kenyataan, Sederet Musikus Akui Kekuatan Magis Lagu Seventeen 'Kemarin'

Para pendekar tersebut tidak ikut ke panti imam, melainkan mengawal dari dekat pintu utama gereja, sesekali mondar mandir mengawasi jalannya misa yang saat itu diikuti lebih dari lima ribu jemaat dan membantu mencarikan tempat duduk bagi jemaat yang baru datang.

"Krida Wibawa hanya ada di paroki ini, di tempat lain tidak ada," ujar seorang anggota kelompok tersebut, Eddy Pepe, kepada Tribunnews.com.

Baca: Dituding Tak Berempati atas Duka Ifan Seventeen, Ariel Noah Heran dan Buat Pengakuan Ini

Berita Rekomendasi

Kelompok Krida Wibawa dibentuk pada 1997, dan sekarang beranggotakan sekitar 30 orang berusia 28 hingga 60 tahun. Untuk menjadi anggotanya tidak bisa sembarangan, melainkan harus berasal dari keturunan Betawi asli Kampung Sawah.

Eddy merupakan generasi penerus Krida Wibawa.

Ayahnya Gregorius Pepe adalah salah satu penggagas dibentuknya kelompok pengawal tersebut sebagai upaya mengakulturasikan budaya Betawi ke dalam tradisi gereja.

"Paling tidak kami bisa mempertahankan adat Betawi karena gereja ini sejarahnya tidak lepas dari Betawi," ucap laki-laki yang sebelumnya aktif di dewan paroki itu.

Ia mengemukakan, kostum Krida Wibawa merupakan pakaian khas Betawi yang sehari-hari dipakai warga asli Kampung Sawah. "Sehari-hari pakai baju koko dan peci. Jadi, itu yang kami pakai di gereja," katanya.

Eddy adalah keturunan keempat penganut Katolik dari masyarakat Betawi Kampung Sawah.

Dalam sejarahnya, gereja yang telah berusia lebih dari seabad itu sebagian besar beranggotakan warga Katolik dari Betawi di wilayah Kampung Sawah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas