'Si Pitung' Pengawal Liturgi Ekaristi dari Gereja Santo Servatius
Kehadiran Krida Wibawa menurutnya merupakan bagian dari misi Budaya Paroki Santo Servatius Kampung Sawah untuk melestarikan budaya Betawi.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Choirul Arifin
Karena itu, budaya Betawi masih ditunjukkan oleh para anggota gereja, termasuk lewat kelopok Krida Wibawa. Krida Wibawa berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari kata Krida yang berarti kerja, dan Wibawa.
Mereka tidak hanya bertugas menjadi pengawal liturgi yang memastikan Perayaan Ekaristi berjalan dengan lancar, namun menjalin komunikasi dari teman-teman sesama orang Betawi. "Setiap bulan kami kumpul, berbagi tugas, menjalin komunikasi," tutur pria yang memiliki rambut panjang terurai putih itu.
Kehadiran Krida Wibawa, menurut Eddy, diapresiasi warga, termasuk yang bukan orang asli Betawi. "Jemaat sudah terbiasa dengan kehadiran kami, bahkan ada banyak dari suku lain yang mau bergabung, tetapi memang tidak bisa karena harus keturunan asli dari Kampung Sawah," ujarnya.
Kehadiran Krida Wibawa menurutnya merupakan bagian dari misi Budaya Paroki Santo Servatius Kampung Sawah untuk melestarikan budaya Betawi.
"Kami ingin memberi ruang kepada kearifan lokal agar masuk ke dalam tradisi gereja. Salah satunya dengan Krida Wibawa," kata salah seorang jemaat asli Kampung Sawah, Richard Jacob Napiun.
Menurut mantan Wakil Ketua Dewan Paroki Santo Servatius tersebut, anggota Krida Wibawa juga diberi bekal pengetahuan soal keagamaan dan budaya Betawi. "Mereka diberikan pemahaman tentang keagamaan, perayaan, dan pemahaman budaya Betawi yang harus diperdalam," ucap Jacob.
Baca: Ekonomi Indonesia Kuartal I Tahun Depan Akan Digerakkan oleh Dana Bansos
Wakil Ketua Dewan Paroki Santo Servatius, Matheus Nalih Ungin, menambahkan Krida Wibawa adalah pekerja-pekerja sosial yang harapannya mereka punya sedikit kewibawaan.
"Secara prinsip mereka adalah orang-orang yang punya kewenangan dan tugas mempertahankan kebudayaan," tutur Matheus.
Matheus menjelaskan, sekira 118 tahun lalu, Pastur Bernardus Schweitz asal Belanda membaptis 18 anak Betawi di Kampung Sawah yang dijadikan sebagai hari kelahiran umat Katolik Kampung Sawah.
Saat ini terdapat 30 persen warga Betawi Kampung Sawah dari total 8.000 jemaat paroki tersebut.
Pada perayaan natal di Gereja Santo Servatius, Selasa pagi, adat Betawi pun semakin terasa dari banyaknya jemaat dan panitia yang menghadiri misa dengan mengenakan peci dan baju koko.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.