Kunjungan Dubes China ke PBNU Murni Diskusi Isu Muslim Uighur Tak Ada Penyerahan Bantuan
Dalam kunjungan yang diterima Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj itu, Xiao melaporkan persoalan Muslim Uighur di Xinjiang
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian menyambangi Kantor Pengurus Besar Nahldatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (24/12/2018 lalu.
Dalam kunjungan yang diterima Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj itu, Xiao melaporkan persoalan Muslim Uighur di Xinjiang.
Namun, cukup disayangkan, ada saja yang memanfaatkan kabar kujungan tersebut untuk membentuk opini negatif, kabar miring tersebut menyebutkan bahwa kedatangan Xiao Qian memberikan bantuan kepada PBNU berupa uang sebesar Rp.100 juta.
kabar ini ditepis Sekretaris Pribadi Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang juga menjabat sebagai Wasekjen ISNU M. Sofwan Erce
Baca: Prabowo Soal Selang Cuci Darah Dipakai 40 Pasien: RSCM Bantah, Gerindra Sebut Bisa Jadi Khilfaf
"tidak benar itu, tidak ada bantuan apapun yang ada PBNU memberi masukan terkait penyelesaian konflik Muslim Uighur," kata Sofwan
Sespri Kiai Said itu juga menegaskan, isu yang beredar sangat tidak pantas, ia menegaskan PBNU ormas besar sehingga uang 100 juta tidaklah layak,
"100 juta rupiah? terlalu kecil angka itu untuk PBNU, saya kira jauh lebih dari itu, kalau 100 juta dolar itu baru pantas," ungkapnya
"kalau mau buat fitnah harus kreatif dong, isu kok rendahan dan gak berbobot," katanya
Seperti berita yang beredar Dalam kesempatan itu, dijelaskan apa sebenarnya yang terjadi terhadap muslim Uighur di Xinjiang dan bagaimana kebijakan Tiongkok terhadap mereka.
Dubes Qian menegaskan, semua masyarakat Tiongkok dari berbagai suku termasuk Uighur memiliki kebebasan dalam beragama.
Jelas dia, persoalan di Xinjiang adalah persoalan separatisme. Ada sekelompok orang yang memiliki rencana untuk membuat Xinjiang berpisah dengan Tiongkok.
"Ada segelintir oknum yang berencana memisahkan Xinjiang dari Tiongkok dengan menggunakan tindakan kekerasan, bahkan terorisme," kata Dubes Qian.
Terkait dengan kelompok-kelompok separatis seperti itu, Tiongkok mengambil beberapa langkah kebijakan. Diantaranya mengadakan program pendidikan dan vokasi sehingga mereka memiliki keterampilan untuk mendapatkan kerja.
"Dan mendapatkan pendapatan yang stabil," lanjut Dubes Qian.
Dia mengklaim, program tersebut sukses karena banyak orang yang masuk program pendidikan tersebut memiliki keterampilan dan memperoleh gaji.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menyatakan, jika digandeng, PBNU siap menjadi mediator persoalan antara pemerintah Tiongkok dan muslim Uighur.
Terkait persoalan di Uighur, menurut Said itu akan jadi persoalan domestik jika terkait separatisme yang bersifat politik. Sehingga, katanya, dunia internasional tidak bisa ikut campur.
Namun, ditegaskannya, jika berkaitan dengan agama Islam dan kebebasan muslim Uighur melaksanakan ajaran agamanya terkekang, maka itu menjadi persoalan muslim sedunia.
"NU akan ikut dan terus bersuara jika persoalan muslim Uighur-China adalah persoalan agama," demikian Kiai Said sapaan akrabnya.