Ken Setiawan: Kelompok Radikal Masif Rekrut Kalangan Buruh
Kelompok radikal jaringan buruh ini menurut Ken Setiawan sampai saat ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Perekrutan anggota kelompok radikal di Indonesia tidak hanya menyasar kepada kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun, juga kaum buruh, bahkan buruh dinilai lebih berpotensi bergabung dari pada kalangan lain.
Kelompok radikal jaringan buruh ini menurut Ken Setiawan sampai saat ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah.
"Pasalnya kalau pelajar dan mahasiswa memiliki waktu yang terbatas, pulang tidak tepat waktu saja dicari orang tua, tapi kalau buruh apalagi yang tinggal di kost/ kontrakan jauh dari keluarga, tidak terpantau sehingga jadi target perekrutan," ujar pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan saat menjadi narasumber kegiatan Seminar membendung radikalisme dan terorisme di Lampung.
Ken dalam pernyataannya yang diterima tribunnews.com, Kamis (3/1/2018) menjelaskan dari 4.000 lebih Laporan kasus yang diterima NII Crisis Center, masyarakat yang bergabung ke kelompok radikal yang dia tangani sejak tahun 2011, lebih didominasi buruh.
Mudanya bergabung kalangan buruh ke kelompok radikal ini biasanya dikarenakan latar belakang dekatnya ikatan solidaritas antar perantau. Ia mencontohjan, sama sama dari daerah tertentu, ketemu di ibu kota, merasa punya nasib sesama perantaun, tidak ada rasa curiga kalau akan direkrut.
Bahkan biasanya, cerita Ken mereka menunggu calon korban di stasiun dan terminal, orang yang baru datang dari daerah ditawarkan tempat tinggal gratis dan makan seadanya sambil dijanjikan akan dicarikan pekerjaan sesuai bidang yang mampu.
"Biasanya tidak langsung direkrut, tapi diajak diskusi sesuai dengan hobi calon korban, biasanya diskusi di tempat umum, taman, kafe dan mall supaya korban tidak curiga, satu korban biasanya 5 perekrut dan biasanya perekrut adalah lawan jenisnya," tutur Ken.
"Bisa sudah bertemu beberapa kali dengan anggota kelompok tersebut dan ternyata sepemahaman, akhirnya dicuci otaknya hingga bergabung dan finalnya adalah melakukan tindakan terorisme," jelasnya.
Dijelaskan Ken, ciri-ciri orang yang bergabung ke dalam kelompok radikal biasanya sifatnya berubah menjadi pendiam, suka berbohong karena menyimpan rahasia yang hanya boleh diketahui kelompoknya.
Untuk karyawan formal, kebanyakan mereka tiba-tiba keluar dari perusahaan tanpa alasan jelas. Menurut Ken Setiawan, Ada salah satu perusahaan di cikirang yang hampir separuh karyawanya direkrut kelompok radikal.
"Salah satu contoh, beberapa kasus seorang karyawan perusahaan di Cikarang, sudah jadi karyawan tetap tapi malah keluar. Itu karena mereka harus aktif mencari korban baru dan mengumpulkan dana yang banyak," kata dia.
Baca: Wiranto Sebut Butuh Terobosan untuk Tangkal Radikalisme di Dunia Maya
"Sehingga tidak ada waktu untuk bekerja, mereka harus fokus dalam negara barunya yang dianggap berhukum Islam, jadi harus di perjuangkan dengan maksal dan totalitas,"lanjutnya.
Pihaknya memberikan pemahaman bahaya radikalisme tersebut kepada kawan kawan yang merantau, misal lewat forum komunitas dan paguyuban paguyuban, lewat media sosial dan pendekatan kearaifan lokal, pasalnya mereka merupakan bagian dari masyarakat yang paling banyak terkena jaringan perekrutan radikalisme.
Kepala Biro Operasi Polda Lampung, Kombes Pol Yosi Hariyoso dalam kesempatan itu menjelaskan mendukung kegiatan masyarakat dalam rangka membendung gerakan radikal dan terorisme.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.