Hayono Isman: Hoaks 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos Jangan Sampai Manipulasi Pikiran Rakyat
Politikus Partai Nasdem, Hayono Isman, menyoroti munculnya hoaks tujuh kontainer berisi surat suara Pemilu 2019 tercoblos.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Nasdem, Hayono Isman, menyoroti munculnya hoaks tujuh kontainer berisi surat suara Pemilu 2019 tercoblos.
Ia menilai, hoaks tersebut telah merusak tatanan demokrasi di Indonesia.
Untuk itu, Haryono meminta kepada kepolisian untuk memproses secara tegas pelaku penyebar hoaks hingga tuntas.
"Kami syukuri sudah ditangkap oleh pihak polisi. Dan kami harap supaya ada keterbukaan kepada publik untuk diproses secara hukum biar nanti melalui pengadilan publik akan tahu, karena ini merusak hak kita sebagai warga yang nanti akan memilih pada 2019," kata Hayono saat ditemui di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (9/1/2019).
Baca: Polisi Bongkar Identitas Terduga Pelaku dan Motif Penusukan Siswi SMK di Bogor, Karena Sakit Hati
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga era Presiden Soeharto ini mengatakan, hoaks yang beredar sekarang ini, dapat mempengaruhi pikiran masyarakat, terutama menjelang Pemilu 2019.
Tentu, hal ini sangat berbahaya bagi prosea demokarasi di Indonesia.
"Tentunya dengan tertangkap 4 orang pelaku ini adalah bukti yang kuat di masyarakat untuk yakin bahwa hoaks itu ada dan dapat memengaruhi dan pendapat kita pada pemilu ini. Jangan sampai pendapat dan pikiran kita itu dimanipulasi oleh hoaks sehingga kita salah memilih pada Pemilu 2019," katanya.
Baca: Daftar Promo Restoran Cepat Saji Januari 2019, Ada Promo Menarik dari Pizza Hut
Ia turut menghimbau, agar masyarakat tidak boleh termakan dengan beredarnya informasi-informasi hoaks.
Hal tersebut karena hoaks bukan hanya merusak demokrasi, terlebih merusak martabat bangsa Indonesia.
"Bagi kita sekali lagi memilih siapapun itu adalah hak nya warga. Tapi warga rakyat atau pemilih tidak boleh sekali-kali keputusan memilihnya didasarkan pada berita bohong atau hoaks. Itu karena merusak demokrasi, merusak martabat kita sebagai rakyat, dan merusak kebangsaan Indonesia," jelasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.