Para Syndicate Luncurkan Buku 'PDI dalam Pusaran Politik Orde Baru (1973-1998)'
Para Syndicate meluncurkan buku "PDI dalam Pusaran Politik Orde Baru (1973-1998)" yang mengisahkan tentang perjalanan panjang PDI.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para Syndicate meluncurkan buku "PDI dalam Pusaran Politik Orde Baru (1973-1998)" yang mengisahkan tentang perjalanan panjang Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak zaman Orde Baru hingga Reformasi di Indonesia.
"Kami berbangga dengan terbitnya buku yang ditulis oleh FS Swantoro dan Jusuf Suroso. Mereka berdua adalah pelaku dan saksi sejarah pada zamannya, sehingga buku ini bukan hanya menjadi dokumentasi politik, tetapi sharing pengalaman bagi generasi saat ini," kata Direktur Eksekutif Para Syndicate, Ari Nurcahyo saat peluncuran buku tersebut Kantor Para Syndicate, Jl Wijaya Timur, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (11/1/2019).
Menurutnya, buku setebal 435 halaman ini mengajak pembaca untuk belajar tentang kekayaan pengalaman dalam berbangsa dan bernegara.
Dalam komunitas pengalaman bersama di rumah yang bernama Indonesia itu ada bagian kecil episode dari gerak hidup partai politik.
Satu di antaranya yakni PDI sebagai bagian yang tak terpisahkan dari PDI Perjuangan saat ini.
"Isi buku ini mengingatkan kita bahwa PDI-P sebagai kelanjutan perjuangan yang dulu bernama PDI, dalam lintasan kesejarahan perjuangannya pernah hidup dalam masa 'kegelapan demokrasi' di era Orde Baru," katanya.
Baca: Jenazah Deasy, Kepala Lab Perusahaan Pembibitan Mutiara Terapung di Kolam Pemeliharaan Buaya
Geliat semangat dalam "pusaran politik Orde Baru" itulah kemudian melahirkan sebuah parpol yang dikenal PDI-P kini.
Satu di antara penulis buku itu, FS Swantoro, mengatakan pada masa Orde Baru sudah ada kesadaran tentang pentingnya arti berdemokrasi dalam bernegara dan berkonstitusi.
Namun sayangnya, pada kurun waktu itu belum ada sistem kepartaian yang konsisten terhadap keutamaan berdemokrasi akibat praktik otoriter, sehingga tak jarang aktivisme partai terjebak konflik internal tak berkesudahan.
"Kita merasakan pengalaman PDI yang sejak kelahirannya pada 10 Januari 1973 hingga 1998, partai ini terbelenggu dalam pusaran politik Orde Baru. Fakta sejarah, selama rezim Orde Baru perolehan suara PDI sangat kecil," ujar Swantoro.
Era Reformasi 1998, kata dia, menjadi titik balik kebangkitan perjuangan partai dalam mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya di negeri ini.
"Momentum baik ini menjadi pengalaman bersama menyemai embrio perjuangan yang sudah ada jauh sebelumnya untuk menegaskan berdirinya Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan," katanya.
Sementara itu, politisi PDI-P yang juga hadir, Andreas Hugo Pareira mengucapkan terima kasih atas peluncuran buku itu.
Karena buku itu diluncurkan tepat di momentum ulang tahun PDI-P.
"Pada hari ulang tahun ini kita dapat kado istimewa sebuah buku. Kalau saya boleh katakan ini potret sejarah perjalanan PDI Perjuangan," ucap Andreas.
Selain itu, dia menyebut ada benang merah perjalanan PNI, PDI, hingga kini bernama PDI-P dalam sejarah kepartaian.
"Hari ini betul ulang tahun dari PDI fusi pada waktu itu 10 Januari tahun 73 tapi itu diteruskan oleh PDI Pro Mega kemudian menjadi PDI Perjuangan karena juga untuk menjaga kesinambungan sejarah. Artinya benang sejarah PNI, PDI dan PDI Perjuangan, jadi kalau mau bilang partai tertua di Indonesia PDI Perjuangan," katanya.