Psikolog Sebut Lapor Polisi Jadi Satu Solusi Hadapi Pelakor Bermotif Kriminal
Psikolog menilai para perebut suami orang bukan melakukan perebutan hati seorang pria atau cinta melainkan perebutan materi.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelakor atau perebut laki (suami) orang belakangan ini menjadi istilah yang tidak asing dibicarakan masyarakat.
Psikolog menilai para perebut suami orang bukan melakukan perebutan hati seorang pria atau cinta melainkan perebutan materi.
Sejumlah kasus yang melibatkan publik figur dan pejabat juga menjadi perhatian karena rela cerai dan meninggalkan keluarga serta anaknya demi hidup bersama dengan wanita baru.
Psikolog Tika Bisono mengatakan, hadirnya orang ketiga justru biasanya beraroma kriminal.
Baca: Penculik Siswi SMP Itu Kini Meringkuk di Penjara, Ini Kata Orang Tua Korban
Menurut Tika, pelakor ini berbeda sama sekali dengan kehadiran orang ketiga karena hati atau cinta.
Sebagai konsultan, lanjutnya, ia bisa dengan mudah menebak, kehadiran orang ketiga yang didasarkan pada hati, sejatinya cermin bahwa kehidupan berumah-tangganya ada masalah.
"Sedangkan kehadiran orang ketiga dengan motif kriminal, solusinya hanya satu yakni laporkan ke polisi. Itu tidak sulit sama sekali karena ada deliknya,” ujar Tika kepada wartawan di Jakarta, Minggu (13/1/2019)
Tika menilai, menjerat laki-laki beristri lalu menjadikannya objek pemerasan atas nama orang ketiga menjadi satu modus operandi yang berkembang di tengah masyarakat.
Dijelaskannya, korban biasanya pria mapan atau berkecukupan.
“Ia bisa pengusaha, pejabat atau profesi mapan lain yang sangat mementingkan reputasi. Jika berhasil masuk perangkap, tipe-tipe pria mapan ini sangat rentan jadi objek pemerasan. Karena itulah polisi harus masuk dan masyarakat harus tahu,” kata Tika.
Baca: Priyo Budi Santoso: Jokowi Jangan Remehkan Soal Kepemimpinan Probowo
Tindakan tegas aparat kepolisian terhadap praktik pemerasan dengan modus menjadi orang ketiga, diharapkan bisa menjadi efek jera bagi pelaku, dan peringatan bagi para pria mapan.
“Karena itu, banyak orang yang menjadi korban wanita berkedok orang ketiga, tetapi tidak mau men-disclose. Alasan yang mereka kemukakan adalah pertimbangan pendek. Biasanya menghindari aib, atau khawatir mempengaruhi karier. Itu pertimbangan keliru,” ucap Tika.
Ia mengimbau siapa pun yang terlibat dengan persoalan orang ketiga, harus mengutamakan pertimbangan keselamatan jangka panjang untuk mengakhirinya.
“Rasa malu, aib, bahkan karier menjadi tidak penting jika dibandingkan keselamatan keluarga ke depan,” ucap dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.