Cerita Korban Bom Sarinah Melawan Rasa Trauma Saat Melintas di Lokasi Kejadian
14 Januari 2016 Jakarta dikejutkan dengan serangan teror bom di kawasan Jakarta Pusat tepatnya di depan Mall Sarinah, Jalan MH Thamrin.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua tahun lalu, tepatnya 14 Januari 2016 Jakarta dikejutkan dengan serangan teror bom di kawasan Jakarta Pusat tepatnya di depan Mall Sarinah, Jalan MH Thamrin.
Dua tahun setelah tragedi itu, sejumlah korban selamat yang tergabung dalam komunitas Sahabat Thamrin masih mengingat peristiwa itu.
Satu orang di antaranya Agus Kurnia, pria asal Sumedang, Jawa Barat yang bekerja di satu restoran di Jalan Sabang yang berada di timur Mall Sarinah.
Baca: Update Kondisi Ustaz Arifin Ilham Setelah 4 hari Dirawat di Penang, Malaysia
Agus mengaku setiap hari masih melewati pos polisi yang menjadi lokasi dirinya terpental akibat dahsyatnya ledakan bom pertama.
Ia mengaku harus melawan rasa traumanya saat pertama kali melintas kawasan tersebut setelah dinyatakan sehat dari rumah sakit.
“Kalau ditanya trauma pasti iya, tapi saya harus melawan karena ini jalur saya mencari nafkah, saya tinggal di kamar kos di Kebon Kacang,” ungkapnya kepada Tribunnews.com, Senin (14/1/2019) di Jakarta.
Saat bom pertama meledak di pos polisi, Agus mengaku sangat dekat dengan pelaku.
Baca: Pengemis yang Terjaring di Pati Mengaku Memiliki Kekayaan Senilai Hampir Rp 1,5 Miliar
Akibat dari peristiwa itu telinganya rusak dan sama sekali tak dapat mendengar setelah itu.
“Saya waktu itu sempat bersebelahan dengan pelaku, tak berapa lama waktu ia berada beberapa meter di depan saya bom meledak, saya terpental sempat menyelematkan diri tapi telinga saya tak bisa mendengar,” ungkapnya.
Setelah itu, Agus langsung dilarikan ke Puskemas Tanah Abang dan dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.
Kini Agus mengaku 80 persen pendengarannya sudah kembali meskipun dalam beberapa kondisi telinganya sudah tak dapat menerima suara.
“Ya sekarang bagaimana saya memelihara telinga saya karena sudah tidak bisa menerima suara di keramaian seperti konser musik,” terangnya.
Baca: Yamaha NMAX Gunakan Bodi Lapis Karbon, Ubahannya Habiskan Dana Lebihi Harga Motornya
“Saya juga sempat pakai alat bantu tapi dalam beberapa waktu terakhir sudah saya lepas,” imbuhnya.
Agus juga menyampaikan rasa syukur kepada pemerintah seperti LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang membiayai pengobatannya hingga kini.
“Alhamdulillah untuk pengobatan saat itu habis Rp 22 juta ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, mulai dari transportasi dan biaya rumah sakit, dan hingga kini saya juga masih dibiayai karena syaraf saya sudah kena jadi tak bisa berhenti dari pengobatan,” katanya.
Agus kini bergabung dengan komunitas Sahabat Thamrin untuk terus memperjuangkan hak korban peristiwa bom-bom yang ada di Indonesia serta memberi suntikan moral serta bantuan kepada mereka.