Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Debat Belum jadi Selling Point Menaikkan Elektabilitas

Jika belum ada survei kuantitatif maka untuk mengetahui seberapa besar efek debat paling-paling menggunakan analisis kualitatif deskriptif.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Debat Belum jadi Selling Point Menaikkan Elektabilitas
Tribunnews/JEPRIMA
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saling berpelukan dengan pasangan calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Maaruf Amin usai mengikuti acara Debat Pertama Capres dan Cawapres di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). Debat Pertama ini mengangkat isu Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme. (Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Indonesian Public Institute Karyono Wibowo menilai, melihat seberapa besar efek debat pertama terhadap elektabilitas kandidat harus dilakukan survei persepsi publik untuk mengukur pengaruh hasil debat terhadap elektabilitas masing-masing pasangan calon presiden.

Jika belum ada survei kuantitatif maka untuk mengetahui seberapa besar efek debat paling-paling menggunakan analisis kualitatif deskriptif.

"Metode tersebut sifatnya kualitatif yang bersumber dari pendapat pribadi masing-masing individu. Hal itu sulit untuk dijadikan ukuran secara obyektif dan faktual dalam mengukur pengaruh debat terhadap elektabilitas kandidat," ujarnya Selasa (22/1/2019).

Namun secara umum, lanjutnya debat kandidat belum menjadi "selling point" atau nilai jual utama untuk meningkatkan elektabikitas. Meski harus diakui ada tren kenaikan pengaruh debat terhadap elektabilitas secara gradual.

Hal yang menjadi indikator adalah, katanya lagi meningkatnya minat masyarakat untuk menonton debat kandidat tetapi pengaruh debat dalam memengaruhi pilihan belum signifikan. Apalagi jika melihat debat pertama nampak belum menunjukkan kualitas debat yang mampu membuat publik puas dan yakin akan menentukan pilihannya.

Baca: Maruf Amin Setuju Najwa Shihab Jadi Moderator Debat Kedua

"Jika dilihat dari survei perilaku pemilih sebelumnya, pada umumnya, faktor utama yang dijadikan pertimbangan memilih justru faktor figur kepribadian (personality) kandidat," kata Karyono.

"Seperti jujur, merakyat, bersih, dermawan, dan rekam jejak (track record) kandidat yang positif seperti prestasi yang pernah dilakukan, investasi sosial, dan lain-lain. Melihat hasil debat pertama, menurut saya belum cukup signifikan untuk memengaruhi pemilih mengambang (swing voters)," katanya lagi.

BERITA TERKAIT

Barangkali jika diamati yang terjadi pascadebat pertama adalah, lanjut Karyono penilaian masing-masing antar pendukung paslon yang menilai hasil debat sesuai dengan penafsiran yang sulit melepaskan perasaan subyektif dan ekspresi emosi.

Pada umumnya kalangan tersebut masing-masing sudah menentukan pilihannya terhadap paslon yang didukungnya. "Sementara kalangan pemilih yang masih mengambang belum banyak yang terpengaruh karena masih wait and see atau menunggu hasil debat berikutnya," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas