Tahun Ini BPPT Kebut Pembangunan 3 Buoy untuk Mitigasi Bencana Tsunami Di Selat Sunda
Alat tersebut rencananya pada tahun ini akan diletakkan di sejumlah titik yang terletak di kawasan Gunung Anak Krakatau (GAK
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menghadiri rapat sinergi antara pemerintah dan badan usaha terkait penanggulangan bencana nasional, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyampaikan rencana jangka pendeknya.
Usai terpilih memimpin BPPT pada 30 Januari 2019, ia langsung mengejar targetnya terkait rencana dalam waktu dekat, yakni segera meluncurkan alat deteksi dini tsunami meliputi 3 buoy dan kabel bawah laut atau Cable Base Tsunameter (CBT).
Alat tersebut rencananya pada tahun ini akan diletakkan di sejumlah titik yang terletak di kawasan Gunung Anak Krakatau (GAK) dan Selat Sunda.
Baca: Tetangga Puput Nastiti Devi Mengaku Belum Terima Undangan Pernikahan Ahok
Upay itu menjadi bagian dari mitigasi bencana mengacu pada peristiwa bencana tsunami yang terjadi di kawasan tersebut beberapa waktu lalu akibat erupsi GAK.
Buoy yang akan dipasang, merupakan generasi ketiga yang dikembangkan oleh BPPT dan dinamakan 'Merah Putih'.
Keunggulan dari alat deteksi generasi terbaru ini adalah tahan terhadap aksi vandalisme yang sebelumnya pernah dialami oleh BUOY generasi sebelumnya.
"Buoy Merah Putih atau BUOY generasi ketiga ini kami harap tahan vandalism. Akan kami pasang di sekitar kawasan Gunung Anak Krakatau dan Selat Sunda," ujar Hammam, dalam rapat yang dihelat di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (4/2/2019).
Tidak hanya Buoy yang akan menjadi andalan BPPT dalam upaya mitigasi bencana, mantan Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT itu juga berencana melengkapi alat deteksi tsunami tersebut dengan pemasangan CBT.
Menurutnya, CBT efektif dalam pendeteksian tsunami yang memiliki jarak cukup dekat.
Sehingga Buoy dan CBT akan saling menopang dalam upaya deteksi dini tsunami di kawasan rawan bencana tersebut.
"CBT atau kabel bawah laut ini penting untuk mendeteksi tsunami yang sifatnya dekat, atau near field tsunami," kata Hammam.
Ilmuwan kelahiran Medan, Sumatra Utara 1962 silam ini kemudian menegaskan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) terkait proses pemasangan dan pengamanan kedua alat deteksi dini tsunami tersebut.
"3 Buoy dan kabel bawah laut ini akan kami koordinasikan baik pemasangan dan pengamanannya dengan BNPB," tegas Hammam.