Eksklusif dengan Putra Kiai Maruf Amin, Gus Syauqi: Abah Nyaman Bersama Isrtrinya
Kamis (9/8/2018) petang, adalah hari yang mengubah kehidupan Ahmad Syauqi, anak kelima Calon Wakil Presiden Kiai Maruf Amin.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kamis (9/8/2018) petang, adalah hari yang mengubah kehidupan Ahmad Syauqi, anak kelima Calon Wakil Presiden Kiai Maruf Amin. Pada hari itu telepon Gus Syauqi, sapaannya, berkali-kali menerima pesan singkat WhatsApp. Sejak saat itu Gus Syauqi selalu mengaktifkan telepon genggamnya dalam mode sunyi.
Hari itu adalah hari saat Presiden Joko Widodo mengumumkan ayahandanya, Kiai Maruf Amin sebagai calon wakilnya pada pemilihan presiden 2019. Pada saat yang bersamaan keluarga tidak ada yang mengetahui keberadaan Kiai Maruf Amin. Jelang pengumuman tersebut Kiai Maruf Amin tidak berada di rumah karena pergi entah ke mana.
"Abah di suatu tempat," ujar Gus Sauqi menuturkan jawaban dari adik bungsunya yang tinggal serumah dengan Kiai Maruf Amin di Koja, Jakarta Utara.
Gus Sauqi menuturkan cerita situasi di keluarga Kiai Maruf Amin saat pengumuman tersebut saat berkunjung ke kantor redaksi Tribun, Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Gus Sauqi juga mengungkap identitas seorang Kiai Maruf Amin dari kaca mata seorang anak. Berikut ini petikan wawancara eksklusif Tribun dengan Gus Sauqi.
Gus, sering diskusi dengan Abah?
Saya jarang karena saya tinggal di Serang.
Bagaimana cerita dulu sebelum diajak Pak Jokowi?
Waktu itu posisi saya masih di Serang. Pukul 3 sore Abah hilang. Jelang pengumuman Abad dijemput. Waktu itu ada adik saya yang bungsu. Saya mencari Abah lewat adik saya, bilang saya ada perlu. Saya bertanya, "Abah di mana?" "Di suatu tempat," jawabnya.
Anak-anak tidak ada yang tahu?
Iya, tidak ada. Saya tahu waktu magrib, kok WA saya penuh, ping, ping, ping. Sampai sekarang handphone saya silent. Saya berpikir ada apa kok banyak WA masuk. Lalu saya lihat televisi. Saya lihat pengumuman, betul atau tidak. Saya paling belakangan ke rumah karena saya paling jauh. Pukul 02.00 pagi baru sampai rumah Koja, pagi baru bertemu Abah.
Tahu dari televisi?
Iya, dari televisi. Kami semua tahu dari televisi. Waktu itu menghilang supaya tidak ramai. Tidak boleh memberi kabar ke mana-mana, takut menjadi blunder. Jadinya adik saya ketika ditanya ya begitu saja. Ditanya di mana, dijawab di suatu tempat. Sampai sekarang saya tidak tahu di mana itu.
Baca: Anak Maruf Amin: Abah Itu Semangatnya Luar Biasa
Kalau soal Abah menikah lagi?
Kalau itu saya yang menyuruh. Abah waktu itu merasa sangat kehilangan Ibu, sangat kehilangan sekali. Saya punya pengalaman ibu saya meninggal setelah tiga bulan, mertua saya menyusul.
Saya sedih. Kalau sedih terus takut jadi terus-terusan sedih. Jadi saya bicara dengan istri takutnya rekomendasi itu untuk saya (Gus Sauqi lalu tertawa). Abah ini punya umat dan Beliau harus terus berjuang.
Saya bilang ke Abah, "Abah, kalau mau menikah lagi monggo, saya carikan atau cari sendiri. Mau satu atau dua." Sambil bercanda saya ngomong, "Satu, Pak? Tidak dua?" "Oh, nanti saya seperti pak itu," kata Beliau.
Baca: Maruf Amin Sebut Pilpres Kali Ini Terjadi Perang Ideologi Moderat dan Radikal
Alhamdulillah akhirnya bertemu karena sudah cocok. Kita, anak-anak Beliau, berpikir kami tidak ada yang masih kecil lagi, kami semua sudah dewasa. Kami sepakat dulu orangtua yang mengerti kami, sekarang kami yang mengerti orangtua.
Sejak dulu Abah berprinsip antipoligami?
Beliau sayangnya sama istri. Beliau memang sayang istri. Ke mana saja Beliau pergi sering mengajak Ibu sekarang. Kalau berputar-putar (bersafari, red) Beliau merasa nyaman karena bersama istri. Kalau tidak ajak istri, Abah pulang dulu, kan sayang istri.