Tanamkan Nilai Patriotisme Melalui Upacara Bendera
Garnisun Tetap (Gartap) I/Jakarta perlu membantu sekolah-sekolah dasar dan menengah Indonesia khususnya Jakarta
Penulis: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Garnisun Tetap (Gartap) I/Jakarta perlu membantu sekolah-sekolah dasar dan menengah Indonesia khususnya Jakarta dalam pembentukan jati diri bangsa (character building) bagi para muridnya. Pembentukan jati diri bangsa tersebut dilakukan dengan menanamkan rasa hormat dan cara menghargai bendera merah putih melalui upacara bendera.
Nilai dalam proses upacara bendera itu perlu diperkenalkan kepada para murid agar menumbuhkan jiwa patriotisme (cinta tanah air) dan nasionalisme (cinta bangsa). Karena dengan upcara bendera itu, semua murid dingatkan Pancasila, teks Proklamasi, dan Pembukaan UUD 1945.
Demikian ditegaskan Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro dalam acara penyegaran yang diikuti oleh staf Gartap I/Jakarta di Kantor Komando Garnisun Tetap I/Jakarta, Senin (18/02/2019). Acara penyegaran yang berjudul “WAJAH INDONESIA” juga dihadiri KASGARTAP I/Jakarta, Brigjen TNI Herianto Syahputra.
Menurut Putut Prabantoro, yang konsultan komunikasi publik, setiap tahun ada satu momentum di mana Gartap I / Jakarta bertanggung jawab atas terselenggaranya Upacara Hari Raya Kemerdekaan RI dengan membentuk Pasukan Pengibaran Bendera Pusaka (Paskibraka) yang merupakan seleksi putra-putri pilihan dari seluruh Indonesia. Dalam waktu satu bulan penuh, Paskibraka akan digembleng dan dilatih dengan disiplin yang tinggi agar secara jasmani dan rohani siap mengemban tugas yang berat sebagai pengibar bendera pusaka.
“Dengan disiplin tinggi setiap anggota Paskibraka ditempa untuk menghargai, menghormati dan mencintai bendera merah putih. Dan bendera merah putih itu tidak bisa dilepaskan dari negara, bangsa dan tanah air Indonesia. Artinya, pendidikan paskibraka itu secara tidak langsung membangun cinta kepada negara, bangsa dan tanah air Indonesia. Karakter bangsa yang seperti inilah yang seharusnya memang ditanamkan kepada anak-anak sekolah dasar dan menengah,” jelas Putut Prabantoro.
Dalam konteks inilah, diuraikan lebih lanjut, jika upacara bendera merupakan salah satu sarana membangun jati diri bangsa dalam diri para murid sekolah dasar ataupun menengah agar timbul rasa hormat, menghargai dan cinta kepada negara, bangsa serta tanah air, Garnisun perlu membantu sekolah-sekolah dalam membangun karakter tersebut.
Hampir dipastikan minimal setiap sebulan sekali, masih menurut Putut Prabantoro, sekolah mengadakan upacara bendera dan itu dibutuhkan pasukan pengibar bendera (paskibra). Menjadi Paskibra perlu persiapan khusus melalui latihan rutin.
“Garnisun perlu mengajak sekolah-sekolah dasar untuk terlibat dalam upacara penurunan bendera di Garnisun, misalnya. Setiap hari ada upacara penurunan bendera, setiap hari itu juga ada sekolah yang dilibatkan dalam upacara rutin tersebut. Atau juga, Garnisun perlu turun ke sekolah-sekolah untuk membantu sekolah dalam mendidik para paskibranya. Bagaimana cara menghormat kepada bendera, bagaimana harus berjalan membawa bendera dlsb. Atau kalau perlu diadakan lomba paskibra. Dari sinilah, cinta tanah kepada bangsa, negara, tanah air dan bendera merah putih ditumbuhkan. Ini cara yang sederhana kelihatannya namun perlu disiplin yang tinggi,” ungkap Putut Prabantoro.
Selain itu, Putut Prabantoro juga mendorong Garnisun untuk memfasilitasi pendidikan sejarah bangsa bagi murid sekolah dasar menengah melalui kunjungan ke Taman Makam Pahlawan (TMP). Menurut pandangannya, TMP adalah tempat yang tepat di mana para generasi baru dapat belajar tentang para pahlawan bangsa dan negara secara nyata.
“TMP itu adalah sumber sejarah yang harus diketahui oleh para generasi baru apapun sebutannya. Di sini pula, pembangunan karakter bangsa ditanamkan bagaimana sebagai bangsa menghargai dan menghormati para pahlawannya serta nilai-nilai kepahlawanan. Adalah tugas dari Garnisun untuk mendekatkan TMP kepada para murid agar mereka tidak asing dengan para pahlawan. TMP juga sekaligus merupakan tempat para generasi baru belajar ideologi negara dan nasionalisme,” tegas Putut Prabantoro.