Gerakan Suluh Kebangsaan yang Dipimpin Mahfud MD Sampai di Jember
Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD bersama rombongan mampir di Stasiun Jember, Kamis (21/2/2019).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD bersama rombongan mampir di Stasiun Jember, Kamis (21/2/2019).
Gerakan Suluh Kebangsaan melakukan Jelajah Kebangsaan dengan rute dari Merak ke Banyuwangi, 18-22 Februari 2019.
Acara ini merupakan rangkaian dari Kegiatan Gerakan Suluh Kebangsaan yang bertujuan mengajak berbagai elemen masyarakat untuk membangun kesadaran berbangsa dan bernegara dalam rangka memperkokoh NKRI.
Gerakan yang didukung oleh PT KAI ini memakai kereta api dalam perjalanannya mulai dari Merak sampai ke Banyuwangi. Kamis (21/2/2019) sore, rombongan tiba di Stasiun Jember.
Bupati Jember, Faida menyambut kedatangan rombongan Mahfud MD itu.
Bupati bersama rombongan Gerakan Suluh Kebangsaan berdialog di ruang VIP Stasiun Jember. Dalam kesempatan itu, Bupati Jember Faida menyatakan saat ini rasa kebangsaan sedang terganggu.
"Gangguan itu, salah salah satunya, berasal dari hoax. Begitu banyak orang yang menganggap hoax itu adalah hal biasa. Namun, hal itu justru memecah belah bangsa dan merusak etika berbudaya dan berbangsa," tegas Bupati Faida.
Menurutnya, pembuatan dan penyebaran informasi "hoax" merupakan tindakan tidak bertanggungjawab, yang tidak bisa dibiarkan dan tidak boleh dianggap remeh.
"Sehingga harus dilawan. Orang harus cerdas membedakan yang mana yang hoax, yang mana yang fakta," tegasnya.
Terkait program Jelajah Kebangsaan yang dilakukan oleh Gerakan Suluh Kebangsaan, menurut Faida, sangat bermanfaat untuk menjaga rasa kebangsaan dan persatuan negera.
Jelajah Kebangsaan sebenarnya tidak ada jadwal ke Jember. Namun, mampirnya tim ini, lanjutnya, sangat berarti bagi semua pihak.
Sementara itu Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mohammad Mahfud MD menyampaikan, poin penting perjalanan Jelajah Kebangsaan akibat rasa risau karena pemilu yang biasanya disebut sebagai pesta justru bagi sebagian orang dirasakan sebagai teror, bukan pesta.
"Karena terdapat orang yang saling membenci dan saling melemparkan isu sehingga menimbulkan keresahan bagi kelangsungan ikatan kebersatuan kita sebagai orang Indonesia," terangnya.
Mahfud menambahkan, dilakukannya penjelajahan kebangsaan itu untuk memberitahu kepada masyarakat supaya Pemilu ini dimanfaatkan untuk mencari pemimpin dan wakil rakyat yang nantinya akan diterima siapapun yang akan terpilih.
"Hentikan permusuhan-permusuhan itu sampai dengan 17 April sore. Kalau sudah pencoblosan, tunggu saja. Siapapun yang menang kita taati," tuturnya.
Jika terdapat kecurangan, lanjut mantan Ketua MK ini, ada pengadilan yang bisa menanganinya yakni Mahkamah Konstitusi (MK).
"Mari jadikan pemilu sebagai pesta demokrasi. Pesta itu tidak ada yang menakutkan. Pesta itu selalu menyenangkan. Memilih pemimpin dan wakil rakyat hanya lima tahun, sedangkan ikatan persaudaraan kita untuk selamanya. Selama Indonesia masih ada, kita masih bersaudara sebagai sesama anak bangsa," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.