Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fahri Hamzah Angkat Bicara Soal Intimidasi Terhadap Wartawan dalam Acara Munajat 212

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan bahwa persoalan kekerasan terhadap wartawan dalam acara munajat 212 di Kawasan Monas semalam harus ‎diinvestig

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Fahri Hamzah Angkat Bicara Soal Intimidasi Terhadap Wartawan dalam Acara Munajat 212
Tribunnews/JEPRIMA
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah seusai mengunjungi redaksi Tribunnews di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (29/1/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan bahwa persoalan kekerasan terhadap wartawan dalam acara munajat 212 di Kawasan Monas semalam harus ‎diinvestigasi. Sehingga menurutnya kejadian serupa tiak terulang.

"Jangka pendeknya casenya harus kita investigasi,"‎ ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, (22/2/2019).

Hanya saja menurut Fahri untuk solusi jangka panjang kekerasan terhadap jurnalis tersebut harus direkonstruksi. Karena selama ini menurut Fahri para aktivis terutama mereka yang tergabung dengan 212 merasa ditinggalkan oleh media.

"Itu di evaluasi bagaimana kejadiannya, direkonstruksi agar tiap antara warga negara, khususnya para aktivis yang sering bikin kegiatan, tak punya persoalan dengan media," kata Fahri.

Baca: Sandiaga Uno Abadikan Momen Bersama Hatta Rajasa hingga Agung Laksono Saat Jenguk Ani Yudhoyono

Padahal menurutnya, aktivis dan media seharusnya bersatu dalam menjawab isu atau permasalahan sebuah negara. Sehingga harus didudukan permasalahannya mengapa aktivis merasa ditinggalkan. Selain itu, media juga harus menjawab apakah benar meninggalkan para aktivis.

"Mungkin asumsi ini yang perlu dijawab, kenapa mereka ditinggalkan oleh media, dan media juga harus bisa menjawab secara baik, kenapa ada perasaan ditinggal gitu? Sehingga mereka seakan-akan tak bersahabat dengan media mainstream lalu beralih pada sosial media," katanya.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, sejumlah jurnalis menjadi korban kekerasan, intimidasi, dan persekusi oleh massa yang menggunakan atribut Front Pembela Islam (FPI).

Peristiwa itu terjadi di kawasan Monas, Jakarta, saat kegiatan Munajat 212 digelar pada Kamis malam (21/2/2019).

Koordinator Liputan CNN Indonesia TV, Joni Aswira yang berada di lokasi menjelaskan kejadian tersebut.

Malam itu, belasan jurnalis dari berbagai media berkumpul di sekitar pintu masuk VIP, dekat panggung acara. Mereka menanti sejumlah narasumber yang datang untuk diwawancarai.

Tiba-tiba di tengah selawatan sekira pukul 21.00 WIB, terjadi keributan. Massa terlihat mengamankan orang.

Saat itu, beredar kabar ada copet tertangkap. Para jurnalis yang berkumpul langsung mendekati lokasi kejadian. Beberapa di antaranya merekam, termasuk jurnalis foto (kamerawan) CNN Indonesia TV.

Kamera jurnalis CNN Indonesia TV cukup mencolok sehingga menjadi bahan buruan sejumlah orang.

Massa yang mengerubungi bertambah banyak dan tak terkendali. Beberapa orang membentak dan memaksa jurnalis menghapus gambar kericuhan yang sempat terekam beberapa detik.

Saat sedang menghapus gambar, Joni mendengar ucapan bernada intimidasi dari arah massa.

“Kalian dari media mana? Dibayar berapa?”, “Kalau rekam yang bagus-bagus aja, yang jelek enggak usah!”

Nasib serupa juga dialami wartawan Detikcom. Saat sedang merekam, dia dipiting oleh seseorang yang ingin menghapus gambar. Namun, dia tak mau menyerahkan ponselnya.

Massa kemudian menggiring wartawan Detikcom ke dalam tenda VIP sendirian. Meski telah mengaku sebagai wartawan, mereka tetap tak peduli.

Di sana, dia juga dipukul dan dicakar, selain dipaksa jongkok di tengah kepungan belasan orang.

Namun akhirnya ponsel wartawan tersebut diambil paksa. Semua foto dan video di ponsel tersebut dihapus.

Bahkan aplikasi WhatsApp pun dihapus, diduga agar pemilik tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Usai kejadian itu, korban langsung melapor ke Polres Jakarta Pusat dan melakukan visum.

Jurnalis CNNIndonesia.com yang meliput di lokasi kejadian ikut menjadi saksi kekerasan tersebut.

Sementara jurnalis Suara.com yang berusaha melerai kekerasan dan intimidasi itu terpaksa kehilangan ponselnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas