Taman Makam Pahlawan: Tempat Pendidikan Ideologi Negara dan Patriotisme
Taman Makam Pahlawan (TMP) harus terus diperkenalkan dan didekatkan kepada generasi baru dari jenjang pendidikan dasar hinga tinggi.
Penulis: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Taman Makam Pahlawan (TMP) harus terus diperkenalkan dan didekatkan kepada generasi baru dari jenjang pendidikan dasar hinga tinggi. Karena Taman Makam Pahlawan sebenarnya merupakan tempat pendidikan senyatanya tentang ideologi negara dan patriotisme. Perjuangan para pahlawan yang dibaringkan di situ memiliki jejak hidup yang tidak perlu diragukan lagi ideologi dan semangat cinta tanah air (patriotisme), yang suri tauladannya perlu dijadikan nilai luhur yang harus terus dijaga semangatnya.
Demikian ditegaskan oleh Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro, kepada para peserta penyegaran dari Komando Garnisun Tetap III/Surabaya, di Surabaya, Jumat (22/02/2019). Hadir dalam penyegaran itu, Kasgartap III/Sby, Brigjen TNI (Mar) Lukman Hasyim dan Kasgartap I/Jakarta, Brigjen TNI Herianto Syahputra.
Menurut Putut Prabantoro, TMP itu tidak hanya tempat pemakaman seperti pada umumnya. TMP itu tempat pemakaman para pahlawan, warga negara Indonesia yang oleh negara telah ditetapkan memenuhi syarat untuk mendapat penghormatan tinggi dari negara. Mereka telah membuktikan baktinya yang luar biasa kepada negara dan bangsa Indonesi dan jejak kehidupan bisa dilihat dari berbagai tanda jasa yang telah diterimanya.
“Namun Taman Makam Pahlawan tidak bisa berbicara dan tidak bisa bersaksi. Komando Garnisun Tetap karena salah satu tugasnya dapat membuat TMP ini menjadi saksi dari nilai keteladanan yang harus diikuti oleh generasi baru. Tanpa diceritakan, TMP hanya sebagai tempat pemakaman umum, sepi dan sunyi. Hanya keluarga yang tahu siapa yang dibaringkan di situ. Namun, TMP itu milik negara, milik bangsa dan mereka yang dibaringkan di situ sudah diakui jasanya oleh negara,” tegas Putut Prabantoro, yang berprofesi sebagai Konsultan Komunikasi Publik.
TMP, masih menurut Putut Prabantoro, seharusnya menjadi tempat pendikan ideologi negara dan patriotisme bagi para siswa pendidikan sekolah dasar, menengah dan pendidikan. Mereka yang dibaringkan di TMP adalah mereka yang setia akan ideologi negara, Pancasila serta membuktikan diri sangat luar biasa dalam mencintai tanah air.
Dengan ke TMP, anak-anak akan mulai dibiasakan untuk menghormati siapa saja yang hadir di situ, yang dikenal ataupun tidak dikenal. Kedua, siswa pendidikan akan mencari para tokoh pahlawan yang telah diajarkan di sekolahnya. Mereka akan mulai bertanya dan mencatat apa saja yang dilihat, diceritakan di TMP itu. Tokoh yang dikenal dulu, yang akan mereka cari terutama terkait dengan nilai luhur yang telah disebar para pahlawan.
“Surabaya sebagai kota Pahlawan adalah gelar yang tidak dipungkiri lagi. Adanya hari Pahlawan juga menegaskan bahwa negara dan bangsa Indonesia sangat menghormati mereka yang telah membaktikan diri secara luar biasa, penuh integritas dan tidak pernah berputusa asa dalam menjaga NKRI. Oleh karena itu, Gartap perlu mengajak dan mendekatkan para siswa sekolah dengan TMP melalui berbagai acara,” tegas Putut Prabantoro, yang juga Ketua Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).
Mengadakan upacara di luar hari Pahlawan yang dilaksanakan oleh masing-masing sekolah secara bergantian, diurai lebih lanjut olehnya, adalah penting dan perlu. Selain menghormati bendera Merah Putih, siswa juga diajari untuk menghormati dan menghargai para pahlawan. Kemudian, mereka diminta untuk mencatat dan membuat suatu ringkasan dari apa yang telah dilakukan di TMP.
“Sebagai garnisun dari Kota Pahlawan, apa yang dilakukan Gartap III/SBY akan menjadi gerakan nasional karena diikuti oleh daerah lain. Ingin menjadi pahlawan harus ada patron atau teladan yang perlu diberikan kepada generasi baru atau mendatang,”tegas Putut Prabantoro.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.