Penyebaran Hoaks Jelang Pemilu Buat Pemilih Pemula Apatis
Dalam laporan “Digital Around The World 2019”, terungkap dari total 268,2 juta penduduk Indonesia, 150 juta diantaranya telah menggunakan media sosial
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Rachmat Hidayat
Dan ini menjadi konsen bersama, karena pada saat generasi millenial ini menjadi capek, mulai gerah dengan perdebatan sampah.
Kalau perdebatan positif, perdebatan konstruktif tentu kami dukung sekali. Tetapi kalau perdebatan yang penuh hoaks dan berita palsu yang ada di internet, mereka kemudian menjadi jengah menjadi apatis terhadap informasi.
Apakah menjelang Pemilu 2019 terjadi peningkatan penyebaran informasi hoaks?
Kalau terjadi peningkatan by number iya. Karena kesadaran orang untuk melaporkan ini sebagai suatu berita bohong atau hoaks semakin tinggi.
Jadi yang kita lihat tingkat pelaporan cukup tinggi, saya tidak ingat angka persis, tapi yang masuk Kemenkominfo dan dirilis itu cukup tinggi. Intensitas pelaporan dan variasi juga cukup tinggi dalam artian memang ini menjelang April.
Masyarakat semakin ngeh. Selama ini kita selalu berpikir ini lewat media sosial saja yang terdeteksi media sosial, tetapi gerakan untuk sadar hoaks sekarang lewat messenger, ini sifatnya lebih tertutup.
Kami dorong supaya teman yang mendapatkan informasi hoaks tidak hanya yang lewat media sosial, tetapi messanger yang sifatnya tetutup untuk melaporkan.
Ini menimbulkan, satu ada peningkatan intensitas orang untuk menyampaikan informasi yang hoaks. Tetapi bisa juga adanya kesadaran meningkatnya kesadaran publik untuk melaporkan berita hoaks itu kepada penegak hukum atau kemenkominfo. Ini sebenarnya saling terkait.
Jadi, bisa jadi meningkatnya angka tersebut adalah banyaknya laporan yang masuk karena kesadaran publik semakin meningkat.
Bagi pemilih pemula terutama Generasi Millenial, apakah mereka menjadi sasasaran utama hoaks?
Kalau data riset mengatakan yang lebih rentan itu justru bukan generasi millenial. Karena generasi millenial lebih cepat menyaring informasi, lebih tidak gaptek, tetapi bukan itu intinya.
Di beberapa riset terbaru ada satu universitas di Indonesia, mereka melihat informasi tentang demokrasi itu tidak atau tentang politik itu tidak memuaskan atau sesuatu yang tidak sesuai kebutuhan mereka.
Suatu sifatnya junk suatu yang sampah. Mungkin, karena mereka capek dengan gontok-gontokan. Akhirnya, jadi kekuatiran banyak gontok-gontokan.
Kita coba hindari dan itu cukup tinggi keresahan generasi millenial terhadap informasi yang ada di internet khususnya tentang politik dan demokrasi. Ini kami mau dorong, tetap optimis perbanyak konten positif dan kesadaran demokrasi secara online
Apa dampak dari penyebaran informasi hoaks?