Efek Negatif dari Banyaknya Pemberitaan Soal Bunuh Diri
Maka dari itu media disarankan agar tidak terlalu detil untuk menggambarkan mengenai kejadian bunuh diri.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pemberitaan mengenai bunuh diri di media yang kerap digambarkan secara detil ternyata dapat memberikan dampak negatif pada pembaca.
Benny Prawira Siauw, aktivis dari Into The Light sebuah komunitas yang kajiannya fokus pada permasalahan bunuh diri menyebutkan dan pemberitaan tersebut bahkan bisa dijadikan cara seseorang untuk bunuh diri apalagi mereka yang saat membaca sedang berada pada mental yang tidak baik.
Tidak hanya cara, lokasi tempat dan waktu yang kadang disebutkan di dalam berita juga ternyata dapat menimbulkan ide untuk ditiru.
Maka dari itu media disarankan agar tidak terlalu detil untuk menggambarkan mengenai kejadian bunuh diri.
Kemudian bagi yang sedang dalam keadaan tidak baik misalnya sedang dalam depresi diminta juga untuk menghindari pemberitaan-pemberitaan seperti bunuh diri.
“Kalau di luar negeri ada dibagian depan hinbauannya gitu berita ini mengandung unsur bunuh diri, pokoknya buat media jangan detil, jangan dihighlight, jangan detil,” ujar Benny saat ditemui di AJI Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Baca: KBRI Wellington: Otoritas Setempat Masih Telusuri Insiden Penembakan di Dua Masjid
Benny pun menyebutkan keinginan bunuh diri ini bisa datang secara tiba-tiba ataupun direncanakan karena adanya depresi pada diri mengenai masalah tertentu.
Keadaan depresi seperti ini dapat disembuhkan dengan melakukan terapi dengan psikolog sehingga kalau ada ciri-ciri atau melihat orang lain yang moodnya terus menurun disarankan segera melalukan konsultasi.
“Kondisi depresi bisa di threat dengan terapi. Cek aja ke profesional jangan malu-malu,” himbau Benny.