Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Setelah Surabaya dan Sidoarjo, Wanita Jadi Pembom Bunuh Diri di Sibolga, Mengapa Wanita Dikorbankan?

Ini karena peran istri atau perempuan dalam aksi-aksi radikalisme saat ini sangat dominan, kata pengamat.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Setelah Surabaya dan Sidoarjo, Wanita Jadi Pembom Bunuh Diri di Sibolga, Mengapa Wanita Dikorbankan?
Tribun Medan
Suasana saat Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri dan Tim Gegana lakukan penggeledahan yang diduga bahan peledak seberat 30 Kg di kediaman rumah Simanjuntak, Jalan Kutilang, Kelurahan Aek Habil, Kecamatan Sibolga Selatan. TRIBUN MEDAN 

Kontra-radikalisme kepada kelompok perempuan

Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris, mengatakan sejak Februari lalu pihaknya telah membentuk kelompok kerja yang melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga untuk melakukan kontra-radikalisme ke kelompok perkumpulan perempuan.

Lembaga pemerintah yang digandeng itu meliputi Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

"Intinya mengajak masyarakat agar aware terhadap terorisme," ujar Irfan Idris kepada BBC News Indonesia.

Kontra-radikalisme itu, kata Irfan, akan difokuskan di empat lokasi yakni Medan, DKI Jakarta, dan Banten, Jawa Barat. Dari situ, anggota kelompok kerja akan memantau ada atau tidaknya gejala aksi terorisme.

"Jadi bagaimana mengajak mereka memahami bahaya radikalisme dan gejala-gejala yang ditimbulkan," ujarnya.

Dalam pengamatannya, perempuan atau istri yang terpapar radikalisme akan lebih kuat keyakinannya ketimbang laki-laki. Sebab pelaku teror perempuan menggunakan emosional daripada rasionalnya.

Berita Rekomendasi

"Kekuatan emosional itu sangat berakar ketimbang dirasionalkan. Kalau pakai hati, emosional, yang bermain, buktinya sudah banyak seperti di Surabaya itu. Suami dan anak-anak, ikut juga akhirnya," jelasnya.

Karena itu, kata Irfan, tidak mudah menderadikalisasi pelaku teror perempuan.

"Mereka menjadi radikal pun tidak singkat, butuh proses panjang. Makanya kita ubah keyakinannya bagaimana membaca sejarah atau konsep Islam yang komprehensif supaya jangan tunggal."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas