Ini Klarifikasi Guru SD di Sukabumi yang Dituding Sebagai Perekam Pemuda Ancam Penggal Jokowi
Kasus ancaman pemenggalan kepala Presiden oleh HS yang viral di media sosial, menyeret nama seorang guru di Sukabumi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Kasus ancaman pemenggalan kepala Presiden oleh HS yang viral di media sosial, menyeret nama seorang guru di Sukabumi.
Guru SD tersebut, yaitu Agnes Kusumahandari, dituding sebagai perekam video yang kemudian memviralkan ke media sosial oleh warganet.
Tentu saja Agnes terkejut, karena pada hari yang sama dia mengajar di Sukabumi dan siangnya berbelanja di sebuah supermarket di Sukabumi.
Guru SDN Citamiang 1 Kota Sukabumi Agnes Kusumahandari yang dituduh oknum netizen khawatir menjadi sasaran kemarahan warganet akibat fotonya dicatut sebagai wanita perekam video seorang pemuda yang mengancam akan memenggal Presiden RI Joko Widodo.
"Saya terkejut foto saya menjadi viral dan dituduh sebagai wanita yang merekam ujaran ancaman yang dilakukan seorang pemuda saat unjuk rasa di depan Kantor Bawaslu Pusat di Jakarta.
Karena saat kejadian atau pada Jumat (10/5/2019) saya berada di Sukabumi untuk mengajar dan dibuktikan pada saat itu saya berbelanja di pasar modern Sukabumi dan struk pembayaran masih ada," kata Agnes di Sukabumi, Senin (13/5/2019).
Menurut warga Perumahan Babakan Permai, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, wanita yang ada di video itu dipastikan bukan dirinya.
Pasalnya, pada saat aksi unjuk rasa di Bawaslu Pusat, ia masuk sekolah seperti biasa untuk mengajar anak didiknya.
Di hari yang sama atau Jumat, setelah pulang mengajar sekitar pukul 14.00 WIB ia melanjutkan berbelanja di salah satu pasar modern di Kota Sukabumi.
Sehingga, dirinya merasa tertekan dengan adanya bahwa di media sosial saat ini sedang ramai dibicarakan bahwa wanita yang merekam video pelaku berinisial HS dengan mengancam akan memenggal Presiden Jokowi merupakan dirinya.
Maka dari itu, antisipasi adanya kemarahan ditambah sudah viral dirinya secara sukarela datang ke Mapolres Sukabumi Kota untuk melakukan klarifikasi.
Sebab, jika tidak mengambil langkah cepat maka informasi hoaks tersebut akan terus menjadi viral di media sosial.
"Mudah-mudahan saya tidak menjadi sasaran kemarahan netizen setelah adanya klarifikasi ini secara langsung.
Dan terkait kasus ini saya secara pribadi tidak akan melapor balik netizen yang telah mencemarkan nama dan harga diri," tambahnya.