Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang 22 Mei, Eks Komandan NII: Setiap Konflik Adalah Peluang dan Iklan Gratis Bagi Teroris

Karena itu, menurut Ken, tanggal 22 Mei mendatang adalah iklan gratis dan ladang jihad.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Jelang 22 Mei, Eks Komandan NII: Setiap Konflik Adalah Peluang dan Iklan Gratis Bagi Teroris
ISTIMEWA
Ken Setiawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Setiap konflik adalah peluang dan iklan gratis bagi teroris.

Cukup aneh memang tapi itu yang diungkapkan mantan Komandan Negara Islam Indonesia (NII) dan Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan kepada Tribunnews.com, Sabtu (18/5/2019).

Menurut mantan ahli rekrut teroris ini, dari dulu para pelaku teroris mencari peluang untuk membuat konflik agar ada upaya untuk menyudutkan pemerintah dan aparat.

"Karena, pemerintahan itu adalah buah dari sebuah demokrasi yang dianggapnya syirik dan bertentangan dengan hukum Islam," ujar Ken.

Ken menjelaskan, teroris itu tidak beragama, apalagi bermadzhab.

Jadi, dia tegaskan, Din diartikan bukan agama. Tapi Din diartikan sebagai sebuah negara atau pemerintahan. Dan Dinullah diartikan Negara Islam atau Khilafah Islam atau pemerintahan Islam.

"Banyak kita lihat upaya provokasi oleh kelompok radikal kepada masyarakat baik di dunia maya maupun dunia nyata. Agar masyarakat terpeceh belah dan ini disambut baik oleh pihak yang memang berseberangan dengan pemerintah," ucapnya.

Baca: Melihat Isi Tiga Geladak Kapal Induk Amfibi Angkatan Laut Australia HMAS Canberra

BERITA TERKAIT

Dengan hoax dan pembetukan opini publik bahwa keadaan sudah tidak aman karena pemerintah telah dianggap dzalim terhadap umat Islam, kata dia, ini menjadi semacam ada simbiosis mutualisme, saling memanfaatkan karena punya tujuan yang sama dalam hal menyudutkan pemerintah.

Karena itu, menurut Ken, tanggal 22 Mei mendatang adalah iklan gratis dan ladang jihad.

Sebab lanjut dia, tidak perlu membuat berita hoax kalau bakal ada konflik besar.

"Otomatis banyak masyarakat yang terprovokasi. Dan di saat masyarakat berkumpul itulah dianggap hal yang tepat untuk melancarkan aksi amaliyah bom agar tercipta suasana konflik yang lebih besar," paparnya.

"Sebab di situlah peluang mereka akan lebih mudah merekrut dengan mengadu domba masyarakat dan memprovokasi bahwa ini bukti kalau pemerintah tidak menggunakan dasar negara yang bersumber dari hukum Allah yaitu negara Islam atau Khilafah," urainya.

Lebih jauh ia menjelaskan pula, kamus kelompok radikal cuma dua. Yaitu hidup mulia atau mati syahid.

Karena itu lanjut dia, mereka akan merasa bila tidak bisa memberlakukan negara Islam atau khilafah islam lebih baik melakukan aksi amaliyah bom.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas