Bahu Jalan dan Rest Area Jalan Tol Jadi Sumber Kemacetan Arus Mudik
Dengan waktu tempuh satu jam, seyogyanya para pengemudi bisa memilih beristirahat di rest area Tol Cipali.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari pertama mudik lebaran tahun ini ditandai dengan antrian panjang di Gerbang Tol Cikarang Utama. Dampaknya, beberapa pemudik butuh waktu sekitar 10 jam untuk mencapai Brebes.
Djoko Setijowarno, Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata yang juga Peneliti Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sudah menduga sebelumnya bahwa rest area akan menjadi sumber kemacetan di tol. Padahal dalam kondisi normal Tol Jakarta Cikampek bisa ditempuh hanya satu jam, tapi pemudik sudah memilih singgah di rest area.
"Bisa jadi singgah bukan untuk istirahat, akan tetapi hanya untuk ketemu saudara atau kerabat untuk berangkat bersama mudik beriringan. Karena berasal dari Jabodetabek, bertemunya di rest area sepanjang Jakarta-Cikampek," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (31/5/2019).
Dengan waktu tempuh satu jam, seyogyanya para pengemudi bisa memilih beristirahat di rest area Tol Cipali. Kondisi ini membuat laju kendaraan menuju masuk rest area terjadi antrian panjang.
"Ke depan GT yang berada di ruas tol memang harus dihilangkan. Digantikan teknologi baru seperti halnya di beberapa tol di mancanegara. Pilihan menggunaksn OBU, RFID atau yang lain masih dapat didiskusikan lebih lanjut," lanjutnya.
Dengan model transaksi pembayaran baru tersebut, transaksi sudah tidak dilakukan di ruas tol, semuanya beralih di pintu keluar masuk tol. Antrian panjang akan terjadi bukan di ruas tol lagi.
Selain rest area, masih ada potensi kemacetan yang disebabkan masih banyaknya pemudik yang menggunakan bahu jalan untuk beristirahat. Hal ini turut menghambat perjalanan, Kepolisian sebaiknya dapat memfungsikan bahu jalan tol seperti sedia kala.
Baca: Karena Tak Bisa Lari, Bocah Depok yang Ngeprank Pura-pura Jadi Pocong Ini Akhirnya Tertangkap Polisi
"Walaupun hanya untuk berbuka puasa pun tidak diijinkan beristirahat di bahu jalan tol. Buka puasa dapat dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan. Lain halnya dengan roda dua. Jangan sampai ada jargon baru tol serasa non tol. Padahal sudah membayar untuk mendapatkan kenyamanan," tambahnya.
Keberadaan rest area di tol memang tidak akan mencukupi saat musim mudik dan balik lebaran setiap tahun. Dan tidak bijak memaksa BUJT untuk menambah rest area baru yang hanya digunakan selama dua minggu sebab investasinya cukup mahal.
Baca: Seperti Curhat, Pemuda Asal Purwakarta Ini Tuliskan Pesannya di Kertas Kardus untuk Pemudik
Oleh sebab itu himbauan untuk memilih keluar tol bisa lebih diintensifkan lagi. Di jalan non tol juga tersedia banyak kuliner dan tempat istirahat yang memadai. Selain juga ikut membangun ekonomi masyarakat di sepanjang jalan non tol.
Penggunaan bahu jalan untuk istirahat membjat sulit penanganan jika terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan tol. Mobil yang akan melakukan pertolongan menjadi tidak bisa lewat bahu jalan yang sudah terisi penuh kendaraan yang beristirahat. Alhasil, penanganan kecelakaan tidak bisa segera dilakukan karena terhambat kendaraan yang beristirahat tersebut.
Memang harus dibutuhkan kepatuhan pemudik yang bijak untuk memakai jalan tol. Apalagi euforia publik memakai tol saat mudik tahun ini memang cukup tinggi. Sistem searah atau one way cukup membantu melancarkan arus mudik. Cuma jumlah kendaraan yang mudik juga masih tetap tinggi.
"Idealnya, menurut hasil kajian Menko Perekonomian tahun 2008, memerlukan 8 lajur biar lancar. Tetapi tidak mungkin disediakan hanya untuk dua minggu," tutupnya.
Reporter: Andy Dwijayanto
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Rest Area dan bahu jalan di tol jadi sumber kemacetan arus mudik