Demi Lebaran di Kampung, Rela Berjubelan di Kapal Laut
Jelang Idul Fitri, sudah menjadi rutinitas bagi Hasan (48) untuk bersama istri dan kedua anaknya untuk mencari tiket kapal laut
Editor: FX Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang Idul Fitri, sudah menjadi rutinitas bagi Hasan (48) untuk bersama istri dan kedua anaknya untuk mencari tiket kapal laut dan pulang ke kampung halaman ya di Ambon. Sudah 30 tahun lebih merantau di Jakarta tidak membuat Hasan melupakan kampung halamannya yang jauh di belahan Timur Indonesia itu. Ambon.
"Cuma mampu belinya tiket kapal laut buat berempat, pesawat nggak sanggup. Jadi kalau banyak yang mengeluh tiket pesawat mahal, saya bersyukur terbiasa naik kapal laut. Meski tahun ini memang kapal laut mendadak jadi penuh begini," cerita Hasan yang mudik kampung tahun ini kebagian "lapak" tidur di lorong kamar, alih alih kasur di dek ekonomi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Seperti ratusan penumpang lainnya yang tidak mendapatkan kasur, karena begitu padatnya penumpang, Hasan dan ketiga anggota keluarga berusaha menikmati perjalanan menggunakan salah satu kapal Pelni rute Pelabuhan Tanjung Priok ke Ambon. Bagi Hasan yang berpenghasilan pas-pasan, kapal laut menjadi moda transportasi satu-satunya yang bisa digunakan untuk mudik ke kampung halamannya.
"Mudik cuma setahun sekali, harus bisa sampai kampung, gimanapun caranya. Kalau saya nggak naik kapal yang berangkat dari Jakarta dua hari lalu, saya harus menunggu kapal setelah Lebaran. Buat apa saya kerja keras setahun kalau Lebaran juga di Ibu Kota," tambahnya. Hasan masih memiliki ibu yang menunggu dirinya dan ketiga orang saudaranya yang merantau di beberapa kota lainnya.
Beda Hasan, beda pula alasan Andi Besse (53), perempuan asli Makassar yang kini menetap di Bekasi, Jawa Barat. Jika tahun-tahun sebelum Andi dan keluarga selalu mudik ke Makassar menggunakan pesawat, tahun ini Andi memilih menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Harga tiket pesawat yang melambung tinggi membuat Andi tidak berpikir dua kali untuk memboyong keluarganya dengan kapal laut milik Pelni. "Tiket pesawat yang biasanya dari Jakarta ke Makassar hanya kisaran Rp 900 ribu, beberapa bulan terakhir melesat ke harga Rp 1,6 juta. Keluarga saya tujuh orang, dikali harga segitu, pulang dari kampung bisa-bisa dapur nggak bisa ngebul," tutur Andi saat ditemui di atas kapal. Beruntung, Andi memesan tiket kapal Pelni jauh hari sehingga mendapatkan jatah kasur di kelas ekonomi.
Menurut Andi yang setelah 15 tahun sudah tidak naik kapal laut, seingatnya kondisi kapal laut saat ini dengan dulu banyak perubahan. "Terakhir saya pulang Makassar naik kapal laut tahun 2004. Saat itu seingat saya saat itu fasilitas kapal Pelni tidak sebanyak sekarang. Kok sekarang sudah ada wifi dan minimarket. Cuma karena ini penumpangnya penuh banget, saya belum banyak keliling kapal."
Kepala Kesekretariatan Perusahaan Yahya Kuncoro saat dihubungi terpisah mengatakan bahwa naiknya harga tiket pesawat berimbas langsung terhadap kenaikkan signifikan penumpang kapal Pelni.
"Kenaikan jumlah penumpang sudah terasa sejak Februari, dan semakin terasa di musim mudik sekarang ini. Kenaikan jumlah penumpang rata-rata kapal mencapai 40 persen," ujar Yahya.
Untuk masa mudik Lebaran ini,Pelji sudah mengantongi ijin dari Kementerian Perhubungan RI untuk mengangkut penumpang melebihi kapasitas terpasang hingga 62 persen. Untuk satu kapal berkapasitas 2000 tempat tidur terpasang, maka Pelni diperbolehkan untuk mengangkut 3.240 orang di atas kapal. Dengan catatan, terdapat 1.240 orang yang bertiket non-seat, alias tidak mendapatkan tempat tidur terpasang.
"Dispensasi tersebut sudah mempertimbangan faktor jumlah alat keselamatan di atas kapal. Sebagai perusahaan pelayaran yang terdaftar sebagai anggota International Maritime Organization, kapal Pelni dilengkapi dengan alat keselamatan yang mencukupi melebihi kapasitas terpasang," tambah Yahya.
Mengingat tingginya minat masyarakat, khususnya perantauan dari luar Pulau Jawa tujuan Indonesia timur, Yahya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan penumpang. "Saat ini prioritas kami adalah keselamatan dan mengangkut penumpang sampai batas yang diperbolehkan, demi memenuhi harapan pemudik yang ingin berlebaran bersama sanak saudara di kampung halaman," kata Yahya. Diyakininya, jumlah penumpang dan pelayanan kapal Pelni akan berangaur normal setelah periode arus balik berakhir.